REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Tim ahli bangunan gedung Kota Surabaya Mudji Irmawan Arkani memastikan area Jalan Raya Gubeng yang ambles sudah aman. Menurut Mudji, amblesnya jalan tersebut hanya bersifat lokal sehingga tidak akan terjadi ambles susulan.
"Tanah ambles hanya berada di satu titik, sehingga tidak akan terjadi ambles susulan. Karena longsor ini bersifat lokal," kata Mudji di Surabaya, Rabu (19/12).
Terkait detail penyebabnya, Mudji bersama timnya masih akan melakukan penelitian untuk mengetahui pastinya. Mudji menyatakan, hingga saat ini belum bisa menyimpulkan karena masih akan diselidiki dulu untuk mengetahui apakah ada kesalahan dalam konstruksi atau faktor lain.
"Yang pasti, jalan ini ambles karena robohnya tembok penahan tanah," ujar Muji.
Pria yang juga dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu menjelaskan, faktor alam mungkin saja berpengaruh karena hari-hari terakhir Surabaya hujan. Sehingga kandungan air cukup tinggi dan menambah beban tembok penahan air jebol.
"Sekali lagi ada dan tidaknya kesalahan konsutruksi masih akan diteliti," kata Mudji.
Ahli geologi ITS Amin Widodo mengatakan, amblesnya tanah di Jalan Raya Gubeng akibat longsor hal biasa. Itu terjadi bukan karena adanya dua patahan aktif di Surabaya yang bisa mengakibatkan gempa darat.
"Jalan ambles itu murni karena longsor. Bisa karena kondisi tanah yang labil, busa juga karena kesalahan konstruksi. Untuk mengetahui detail penyebabnya, harus diteliti dulu. Jadi itu tidak ada kaitannya dengan dua patahan aktif," kata Amin.
Jalan Raya Gubeng, Surabaya, tepatnya di sekitar gedung RS Siloam ambles sedalam kurang lebih 10 meter pada Selasa (19/12) malam. Amblesnya jalan tersesut menyisakan lubang yang menganga dengan panjang kurang lebih 30 meter, dan lebar kurang lebih 15 meter.