REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peringatan Hari Ibu yang ke-90 pada 22 Desember 2018 ini, bisa menjadi momen yang tepat bagi kita untuk menggali kembali semangat dan makna 'ibu bangsa'. Karena, di masa sekarang ini, peranan wanita sebagai 'ibu bangsa' sangat diperlukan.
"Wanita sebagai Ibu bangsa tak hanya membina keluarganya saja tetapi juga masyarakat," kata Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Giwo Rubianto Wiyogo dalam keterangan resminya, Rabu (19/12).
Menurut Giwo, 'ibu bangsa' adalah wanita baik yang menikah atau tidak dan punya anak atau tidak tapi memiliki keteladanan. Selain itu memiliki kriteria profesional, mandiri, bermartabat, kreatif, berdaya saing, visioner, berkarakter, berani, menjadi pendidik, pengasuh, pembimbing, sekaligus guru yang pertama dan utama.
"Walaupun harus disadari bahwa tidak mudah untuk menerjemahkan “Ibu Bangsa” dalam konteks kehidupan di zaman sekarang. Terlebih di era global di mana arus budaya yang terus mendera urat nadi budaya Bangsa Indonesia. Ibu Bangsa zaman sekarang memiliki tantangan yang multikompleks," kata Giwo.
Terkait peringatan hari Ibu, Giwo mengatakan ini identik sebagai hari ulang tahun pergerakan perjuangan perempuan Indonesia melalui wadah Kongres Wanita Indonesia (Kowani) sejak pada 22 Desember 1928. Karena itu, Kowani tumbuh dan bergerak serta berkiprah hampir bersamaan dengan Sumpah Pemuda.
Kemudian, pada kongres ketiga Kowani pada 1938, menghasilkan konsep 'Ibu bangsa'. Dijelaskan bahwa dalam usaha meningkatkan pergerakan, wanita Indonesia diharapkan melaksanakan kewajiban utamanya sebagai “Ibu Bangsa”, dalam arti wajib berusaha membina pertumbuhan generasi penerus yang lebih sadar akan kebangsaannya.