REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapal MPV Everest akan menyedot lumpur di bawah laut di lokasi jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP untuk mencari cockpit voice recorder (CVR) yang belum ditemukan. Lumpur yang disedot ditempatkan di geladak kapal untuk kemudian dilakukan pencarian CVR.
"Jadi nanti lumpur itu akan masuk ke geladak. Tim akan mencari benda-benda, terutama yang namanya CVR tadi yang akan menjadi perhatian pertama bagi KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi)," ujar Wakil Ketua KNKT, Haryo Satmiko, di kantor KNKT, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (20/12).
Hal itu dilakukan karena menurut hasil evaluasi KNKT, CVR tersebut sudah tidak berada di atas permukaan lagi, melainkan sudah berada di dalam lumpur. Menurutnya, meski lautnya tidak dalam, ketebalan lumpur di Tanjung Karawang cukup tebal.
"Sudah tidak di permukaan lagi karena ketebalan lumpur di Tanjung Karawang cukup tebal," jelasnya.
Terkait area pencarian, Haryo menerangkan, area tersebut tidak jauh berbeda dengan area pencarian sebelumnya. Namun, KNKT khawatir benda-benda yang dicari di bawah laut tersebut mengalami pergeseran akibat ombak maupun arus bawah laut.
"Itu saja yang diantisipasi. Tapi mengenai titik koordinatnya sudah ada, tim telah menentukan," tuturnya.
Kapal dari Singapura itu telah tiba di Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada Rabu (19/12) malam. Rencananya, kapal tersebut mulai beroperasi melakukan pencarian cockpit voice recorder (CVR) pesawat Lion Air PK-LQP yang jatuh di Tanjung Karawang, Jawa Barat, hari ini hingga 10 hari ke depan.
Sebelumnya, pesawat type B737-8 Max dengan Nomor Penerbangan JT 610 milik operator Lion Air yang terbang dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta Banten menuju Bandar Udara Depati Amir Pangkal Pinang terjatuh di perairan Tanjung Karawang Jawa Barat pada 29 Oktober 2018 sekitar pukul 06.33 WIB. Pesawat beregistrasi PK-LQP tersebut mengangkut 182 orang penumpang dan tujuh awak penerbang.