Kamis 20 Dec 2018 15:42 WIB

Utusan AS Kunjungi Perbatasan Dua Korea Desa Panmunjeom

AS meninjau kemungkinan pelonggaran perjalanan terhadap Korut.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
 Personil tentara Korea Selatan berpatroli di jermbatan penghubung Korea Selatan dan Korea Utara di desa perbatasan Panmunjom, Peju, Korsel, Sabtu (22/8). (AP/Ahn Young-joon)
Personil tentara Korea Selatan berpatroli di jermbatan penghubung Korea Selatan dan Korea Utara di desa perbatasan Panmunjom, Peju, Korsel, Sabtu (22/8). (AP/Ahn Young-joon)

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Utusan khusus AS untuk Korea Utara (Korut), Stephen Biegun, mengunjungi Desa Panmunjeom di perbatasan Korut dengan Korea Selatan (Korsel), pada Kamis (20/12). Namun, Kedutaan Besar AS di Seoul tidak memberikan rincian tentang kunjungan Biegun itu.

Dia dilaporkan tidak akan bertemu dengan pejabat Korut di desa yang sering digunakan untuk pertemuan diplomasi antara Korut dan Korsel tersebut. Setelah tiba di Korsel pada Rabu (19/12), Beigun mengatakan Washington sedang meninjau kemungkinan pelonggaran larangan perjalanan terhadap Korut untuk memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan.

Korut belum menanggapi komentar-komentar Biegun. Media Korut baru-baru ini memperingatkan, komitmen AS terhadap sanksi dan kritik AS terhadap catatan hak asasi manusia Pyongyang dapat menghalangi jalan menuju denuklirisasi di Semenanjung Korea selamanya.

Selama empat hari kunjungannya ke Korsel, Biegun berencana untuk berdiskusi dengan pejabat Korsel tentang kebijakan negara itu terhadap Korut, termasuk penegakan sanksi. Pertemuan tersebut kemungkinan akan mencakup percakapan tentang upacara peletakan batu pertama yang akan diselenggarakan Korea di Panmunjom pekan depan untuk proyek penghubungan kembali jalan dan rel kereta api.

Negosiasi nuklir antara Washington dan Pyongyang telah terhenti sejak pertemuan puncak antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong-un pada Juni lalu. Mereka mengeluarkan janji untuk Semenanjung Korea yang bebas nuklir tanpa menjelaskan bagaimana atau kapan itu akan terjadi.

AS ingin Korut menyediakan laporan terperinci mengenai fasilitas nuklir dan rudal yang akan diperiksa dan dibongkar di bawah kesepakatan. Sementara, Korut mendesak agar sanksi AS dicabut terlebih dahulu.

Kebuntuan itu telah menjadi kemunduran bagi Presiden Korsel Moon Jae-in, yang telah secara aktif mendorong rekonsiliasi dengan Korut. Melalui tiga pertemuan puncak antara Moon dan Kim tahun ini, Korea menyetujui berbagai gerakan niat baik dan berjanji untuk melanjutkan kerjasama ekonomi jika memungkinkan.

Keduanya juga menyuarakan optimisme bahwa sanksi internasional dapat berakhir untuk memungkinkan denuklirisasi. Korsel dan Korut telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi ancaman militer konvensional mereka, seperti menghapus ranjau dan senjata api dari Panmunjeom, menghancurkan beberapa pos penjagaan, menciptakan zona penyangga di sepanjang perbatasan darat dan laut, serta memberlakukan zona larangan terbang di atas perbatasan.

Baca: AS Sanksi 16 Anggota Intelijen Rusia

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement