Kamis 20 Dec 2018 17:24 WIB

Festival Janadriyah, Menlu Saudi: Indonesia adalah Saudara

Indonesia akan menampilkan ragam budaya dalam festival ini.

Delegasi Indonesia untuk Festival Janadriyah diterima Menteri Luar Negeri Saudi Adel Al-Jubeir
Foto: dok istimewa
Delegasi Indonesia untuk Festival Janadriyah diterima Menteri Luar Negeri Saudi Adel Al-Jubeir

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH— Terpilihnya Indonesia sebagai tamu kehormatan pada Festival Janadriyah ke-33 oleh "Pelayan Dua Masjid Suci", Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz,  menjadi simbol makin teguhnya hubungan Arab Saudi -Indonesia.

“Jalinan Arab Saudi dan Indonesia bukan sekedar kemitraan, lebih dari persaudaraan," kata Menteri Luar Negeri Kerajaan Arab Saudi Adel Al-Jubeir, saat menerima delegasi Indonesia untuk pameran budaya Al Janadriyah yang dipimpin oleh Letjen (Purn)  Sjafrie Sjamsoeddin, di Riyadh, Rabu (19/12).

Dia mengatakan, jika Indonesia menderita, Arab Saudi juga menderita. Begitu juga sebaliknya, jika Arab Saudi susah, Indonesia juga mengalami kesulitan.

Al-Jubeir menyatakan, sampai kapan pun Indonesia akan tetap menjadi negara yang penting bagi Arab Saudi. Hubungan Arab Saudi dan Indonesia digambarkan Al-Jubeir sebagai hubungan yang saling membutuhkan, baik dalam bidang ekonomi, kebudayaan, pendidikan, dan politik.

Dalam Festival Janadriyah 2018, pemerintah Arab Saudi akan menyediakan area seluas 2.500 meter persegi untuk paviliun Indonesia, atau hampir sepuluh kali lipat dibanding pada perhelatan tahun lalu.

Sementara, Indonesia akan memanfaatkan festival budaya dan warisan terbesar di Timur Tengah itu, untuk menampilkan berbagai pertunjukan kesenian tradisional dan film Indonesia di panggung kesenian festival. Paviliun Indonesia, juga akan menyuguhkan kekayaan budaya Indonesia dari berbagai provinsi serta dokumentasi hubungan bilateral Indonesia dan Arab Saudi.

Keragaman Indonesia akan diangkat menjadi tema, mengingat Indonesia adalah negara yang majemuk dengan lebih dari 16 ribu pulau, berpenduduk lebih dari 260 juta jiwa, dan menjadi rumah bagi lebih dari 300 kelompok etnik yang berbeda budaya dan ratusan bahasa daerah.

Al Jubier, yang juga mantan duta besar Arab Saudi untuk AS menyatakan, Indonesia juga menjadi negara penting dalam arah kerjasama ekonomi, pariwisata dan investasi Arab Saudi.

Sejumlah perusahaan Arab Saudi saat ini tengah rencana melakukan investasi ke Indonesia, antara lain dalam bidang petrokimia, energi, perdagangan dan perbankan syariah.

Komitmen investasi ini, merupakan lanjutan dari investasi yang dilakukan para pengusaha Arab Saudi senilai 85 miliar dolar AS, saat kunjungan Raja Salman Bin Saud ke Indonesia pada Maret 2017.

Selain itu, Al-Jubeir juga berjanji akan mendorong masyarakat Arab untuk berkunjung ke berbagai destinasi wisata ternama  di Indonesia.

Sementara itu, Sjafrie Sjamsoeddin menyatakan, jalinan kerjasama Indonesia-Arab Saudi, ke depan tidak hanya ditekankan pada hubungan antarpemerintah, tapi juga dikembangkan pada kerjasama antarmasyarakat (people to people). 

“Ikatan masyarakat Indonesia dan Arab Saudi sangat lah erat. Setiap muslim Indonesia sangat mendambakan dan mencinta Arab Saudi,” kata Sjafrie. Jutaan masyarakat Indonesia setiap tahun melakukan perjalanan ke Arab Saudi , untuk umrah dan haji. 

KABUL— Utusan khusus Amerika Serikat untuk pembicaraan perdamaian Afghanistan, Zalmay Khalilzad, tiba di Kabul pada Rabu (19/12) untuk bertemu dengan para pemimpin pemerintah, setelah pembahasannya dengan wakil-wakil Taliban di Abu Dhabi pekan ini.

Khalilzad, mantan duta besar AS untuk Kabul dan dilahirkan di Afghanistan, memimpin usaha-usaha Washington untuk mendorong negosiasi antara Taliban dan pemerintah Afghanistan untuk mengakhiri perang yang sudah berlangsung 17 tahun itu.

Pernyataan dari kedutaan besar AS di Kabul mengatakan Khalilzad akan bertemu dengan Presiden Ashraf Ghani dan kepala Eksekutif Abdullah Abdullah.

Para pejabat AS menutup mulut terkait pertemuan-pertemuan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, yang dihadiri para pejabat dari Arab Saudi, UAE dan Pakistan. 

Tetapi satu pernyataan Taliban menyatakan pembicaraan dua-hari itu menitikberatkan pada penarikan tentara asing, tuntutan sentral yang diajukan gerakan itu dan juga perlakuan terhadap tawanan Taliban dan korban di kalangan warga sipil akibat serangan-serangan udara.

Washington tetap menyatakan penyelesain perdamaian harus disepakati antara pihak-pihak Afghanistan yang berperang tapi Taliban sejauh ini menolak berbicara langsung dengan pemerintah Afghanistan, yang mereka pandang rezim tak sah yang dipilih asing.

Para pejabat ASelah berusaha membujuk negara-negara termasuk Pakistan dan Arab Saudi untuk menekan Taliban agar menyepakati pembicaraan langsung. Khalilzad bertemu dengan Kepala Stad Angkatan Darat Pakistan pada Rabu menjelang keberangkatannya ke Kabul.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement