REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Direktur Jasa Marga Desi Arryani mengatakan, keberadaan Tol Trans Jawa sepanjang 993 kilometer (KM) yang melintas dari Provinsi Banten hingga Jawa Timur akan mempersingkat waktu perjalanan.
Ia menyebut, untuk waktu tempuh dari Jakarta ke Surabaya, misalnya, bisa ditempuh dalam waktu sekitar 10,5 jam dalam keadaan lancar.
Desi mengatakan, khusus Jakarta-Cikampek yang berjarak 72 KM, saat ini baru bisa ditempuh dengan waktu antara 2 - 2,5 jam karena kemacetan yang masih terjadi.
Namun, untuk Cikampek-Surabaya dengan jarak sekitar 680 KM, Desi mengklaim sudah dapat ditempuh dalam waktu 8 jam sehingga total waktu tempuh Jakarta-Surabaya sekitar 10,5 jam.
"Cikampek-Surabaya (bisa) 8 jam sudah berhenti, sudah pakai makan. Cuma, sekarang Jakarta-Cikampek yang masih agak berat," kata Desi kepada wartawan di Semarang, Kamis (20/12).
Baca juga, Tol Trans Jawa Dorong Efisiensi Logistik Nasional.
Kendati demikian, Desi mengingatkan para pengendara agar tidak tergoda untuk memacu kecepatan secara berlebihan di Tol Trans Jawa. Bagaimanapun juga, keselamatan harus diutamakan dan selalu mengecek kondisi kendaraan serta mematuhi rambu-rambu lalu lintas.
Seperti diketahui, rata-rata waktu tempuh dari Jakarta hingga Surabaya sekitar 24 jam. Sebab, akses untuk melintas mayoritas mengandalkan jalan nasional yang dilalui segala jenis kendaraan.
Desi pun menambahkan, tak hanya dirasakan oleh kendaraan umum, Tol Trans Jawa setidaknya juga bermanfaat bagi kendaraan golongan tiga. Mereka, kata Desi, meski harus mengeluarkan biaya lebih untuk membayar tol, tetapi bisa sampai ke berbagai tujuan dalam waktu yang lebih cepat.
"Biasanya satu hari cuma satu rit, nanti bisa dua sampai tiga rit. Tapi, harus patuhi rambu lalu lintas dan kondisi kesehatan truk," katanya.
Sementara itu, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi mengatakan, Tol Trans Jawa sekaligus menyambungkan beberapa titik industri lokal yang terpencar di wilayah Pulau Jawa. Dengan begitu, diharapkan pertumbuhan ekonomi bisa lebih merata.
Selain itu, Budi menilai pembangunan Tol Trans Jawa tidak mengubah banyak peruntukan lahan. Khususnya untuk lahan pertanian. Perubahan peruntukkan lahan hanya terjadi di titik-titik persimpangan tol. "Sedangkan yang lain, tetap pada fungsi-fungsinya. Sawah tetap jadi sawah," kata dia.
Lebih lanjut, Budi menambahkan, pemerintah berharap melalui rest area yang disediakan bisa menarik para pelaku UMKM yang potensial. Khususnya yang bergerak di sektor makanan dan minuman. Mengacu pada catatan Jasa Marga, di sepanjang jalur Tol Trans Jawa setidaknya ada 61 rest area yang dibangun. Sebanyak 18 di antaranya masih dalam proses pembangunan.