Kamis 20 Dec 2018 19:23 WIB

Putin Khawatir Terjadinya Perlombaan Senjata Nuklir

AS berencana mundur dari perjanjian nuklir INF.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Foto: ABC News
Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengkhawatirkan potensi terjadinya perlombaan senjata nuklir baru. Hal itu diungkapkan setelah Amerika Serikat (AS) menyampaikan secara resmi rencananya mundur dari perjanjian Intermediate-range Nuclear Treaty (INF).

"Bahaya dari situasi yang meningkat sedang diremehkan," kata Putin ketika ditanya tentang kekhwatiran terjadinya perang nuklir dalam sebuah konferensi pers di Moskow, Kamis (20/12), dikutip laman CNN.

Selain kemungkinan bubarnya perjanjian INF, Putin menyinggung kesepakatan persenjataan nuklir lainnya yang dijalin Rusia dengan AS, yakni New Strategic Arms Reduction Treaty (START). Perjanjian tersebut ditandatangani kedua negara pada April 2010 dan berlaku Februari 2011.

Perjanjian New START mengatur tentang pembatasan jumlah hulu ledak nuklir yang dikerahkan AS dan Rusia. Perjanjian itu akan kedaluwarsa atau berakhir pada Februari 2021.

Menurut Putin, hingga kini AS belum membicarakan tentang kemungkinan memperpanjang masa aktif perjanjian New START. "Tidak ada negosiasi untuk memperpanjangnya. Itu tidak menarik atau tidak diperlukan, baiklah kalau begitu," ujarnya, dikutip laman The Washington Post.

Putin mengatakan, menjelang berakhirnya perjanjian New START, ditambah rencana AS meninggalkan INF, mendorong Rusia meningkatkan kemampuan pertahanannya. "Kami akan memastikan kemanan kami, kami tahu cara melakukannya," ucapnya.

Kendati demikian, Putin menilai bila kedua perjanjian yang mengatur tentang pembatasan kepemilikan senjata nuklir lenyap, hal itu akan berdampak buruk bagi kemanusiaan. "Ini sangat buruk bagi kemanusiaan karena hal itu membawa kita ke garis yang sangat berbahaya," ujar Putin.

INF ditandatangani AS dan Uni Soviet pada 1987. Perjanjian tersebut melarang kedua belah pihak memproduksi atau memiliki rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer.

Sejak 2014, AS kerap menuding Rusia melanggar INF. Namun tudingan itu selalu dibantah oleh Moskow. Kemudian pada Oktober lalu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencananya menarik AS dari INF. Rencana tersebut juga telah disampaikan secara resmi kepada Rusia bulan ini.

Rencana mundurnya AS dari INF memicu kekhawatiran, terutama dari Eropa. Benua Biru telah menganggap INF sebagai fondasi keamanannya. Dengan hengkangnya AS, potensi terjadinya perlombaan senjata baru seperti era Perang Dingin terbuka lebar dan akan menempatkan Eropa dalam bahaya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement