REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polri akan segera menggerakkan Satuan Tugas (Satgas) Mafia Skor Pertandingan Sepakbola, yang juga akan berkoordinasi dengan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dan Kemenpora RI. Kapolri Jenderal Tito Karnavian akan memimpin dan memilih secara langsung personel-personel Satgas Mafia Skor Sepakbola.
Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, personel-personel satgas akan dipilih secara ketat, dan mempunyai kualifikasi di bidang penyidikan. "Di dalam satgas ini juga ada sub satgas, yang akan melakukan investigasi atau melakukan penyidikan di dalam setiap pertandingan," ujarnya di Mabes Polri, Kamis (20/12).
Satgas Mafia Skor Sepakbola akan melakukan penyidikan bekerjasama dengan PSSI dan PT Liga, dengan orang-orang yang akan dijadikan wistleblower terhadap kasus tersebut. Kemudian ada sub satgas penyidikan atau kasus hukum, ketika dalam penyidikan itu jelas berisi tindak pidana, akan ditingkatkan dari penyidikan menjadi penyelidikan take over sub satgas.
Melalui satgas, akan didalami fakta hukum apa yang dilanggar oleh tersangka, misalnya tindak pidana penipuan yakni pasal 378 KUHP, atau penyuapan yakni Undang-Undang No. 11 tahun 1998. "Satgas ini mau dibentuk, penanganan kasus skor masa lalu yang akan ditangani, sudah ada beberapa kasus, tapi alat bukti masih belum cukup pada waktu itu," kata Dedi.
PSSI sendiri telah berkomitmen untuk bekerja sama memberantas mafia skor, karena keberadaan mereka memang sangat mengganggu sekali. Sehingga jika satgas telah dibentuk, maka dimulai dari PT Liga, club, pemain, hingga wasitnya, semua akan dalam pengawasan satgas.
Sudah ada banyak nama julukan untuk membentuk satgas ini, namun masih akan didiskusikan. Tetapi yang jelas sebelum Liga 2019 bergulir, satgas ini sudah terbentuk.
Untuk diketahui, mantan manajer timnas sepak bola putra Indonesia, Andi Darussalam Tabusalla, mengakui ada pihak yang mengatur hasil pertandingan final Piala AFF 2010. Ketika itu, timnas Indonesia kalah agregat 2-4 dari Malaysia setelah tumbang 0-3 pada leg pertama 26 Desember 2010, di Kuala Lumpur.
Dalam acara Mata Najwa di salah satu televisi swasta, Rabu (19/12), ADS (sapaannya) mengaku tahu adanya pengaturan skor dari bandar Malaysia. Sebab, ADS mengaku kenal baik dengan sejumlah orang yang biasa mengatur hasil pertandingan.
Akan tetapi, ADS menolak terlibat di dalamnya. Ia juga menyesalkan tudingan kepada Wakil Ketua Umum PSSI saat itu Nirwan D Bakrie. ADS bersedia mengungkap kisah yang ia tahu terkait tudingan pengaturan suap itu. Namun, ia menolak bercerita dalam acara tersebut maupun ke publik, melainkan kepada pihak berwenang yang dapat mengusut tuntas kasus ini.
Sebenarnya isu pengaturan skor/suap ini sudah muncul lama. Beberapa pekan setelah final Piala AFF 2010 usai, seseorang yang mengaku bernama Eli Cohen mengirimkan surat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang dugaan jual-beli partai final antara Indonesia dan Malaysia yang dilakukan oleh dua pejabat PSSI. Dalam surat tersebut, kedua oknum pejabat tersebut memberikan instruksi kepada oknum pemain.
Namun kehebohan ini mereda setelah tak ada bukti lanjutan. Terlebih pihak-pihak yang berada di dalam timnas saat itu memberikan bantahan, salah satunya Bambang Pamungkas. Dalam situs pribadinya saat itu, Bepe (sapaannya) menceritakan rutinitas tim selama tiga hari di Malaysia.