Jumat 21 Dec 2018 16:03 WIB

Pasarkan Karya Penenun demi Dongkrak Kemampuan Perempuan

BTPN Syariah berupaya memberikan modal pada keluarga yang punya impian usaha matang.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Gita Amanda
Misnawati bantu pasarkan songket dan tenun ratusan pengrajin prasejahtera di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Foto: Umi Nur Fadhilah
Misnawati bantu pasarkan songket dan tenun ratusan pengrajin prasejahtera di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

REPUBLIKA.CO.ID, SUKARARA -- Program pemberdayaan BTPN Syariah sukses memberdayakan ribuan keluarga prasejahtera di Indonesia. Program yang menyasar perempuan-perempuan itu mampu menyejahterakan dan menggerakkan roda perekonomian suatu wilayah.

Salah satu contoh perempuan prasejahtera yang sukses adalah Misnawati. Dia memiliki ruang pertunjukan bernama Bahri Artshop di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Daerah tersebut terkenal sebagai kampung tenun di Lombok Tengah. Bahri Artshop menjadi tempat menjual songket dan tenun karya ratusan perempuan di daerah itu.

Misnawati mendapat songket dan tenun sebanyak 300 dari 1.000an pengrajin di daerah itu. Mereka rutin menyetorkan karyanya pada Misnawati.

photo
Hasil songket dan tenun di Bahri Artsho.

Misnawati memang termotivasi memiliki gerai memasarkan songket dan tenun. Dia mengisahkan, perempuan di daerahnya adalah pengrajin. Namun, mereka selalu kesulitan memasarkan karyanya.

"Makanya saya pikir gimana caranya semua hasil teman cepat laku. Bisa sampai ke luar negeri juga," kata Misnawati.

Misnawati mengatakan membangun gerai songket dan tenun tidak mudah baginya. Apalagi dia seorang perempuan pendatang yang menikah dengan lelaki di desa itu. Namun, mimpinya untuk menjadi perempuan dan ibu mandiri secara perekonomian lebih kuat dari sekadar identitas. Misnawati ingin membuktikan bahwa perempuan bisa mendiri dan mampu membuat keluarganya sejahtera.

Ibu tiga anak itu memulai usahanya pada 2013 lalu. Dia bergabung dengan program pemberdayaan BTPN Syariah. Dia memulai usahanya dengan pinjaman Rp 3 juta untuk mendapat 10 songket.

"Rintangan usaha luar biasa, nggak selalu lancar saja. Saya sempet nggak bisa setor angsuran," ujar dia.

Beruntung, BTPN Syariah memiliki pendamping untuk membimbing nasabah prasejahtera dalam menjalankan usahanya. Karena itu, dia mampu bangkit dari berbagai masalah yang membuatnya terpuruk.

Misnawati menjual songket dan tenun mulai harga Rp 75 ribu hingga Rp 3 juta dengan berbagai mode. Dalam satu hari, dia mampu menjual minimal 20 sarung dengan omzet lebih dari Rp 15 juta.

Bagaikan paket kompelit, Misnawati dan suaminya sama-sama bekerja memajukan gerai itu. Misnawati mendapat dukungan dari suaminya yang berprofesi sebagai pemandu wisata di NTB. Sang suami kerap mengajak wisatawannya berkunjung ke gerai Misnawati.

Misnawati juga memasarkan karya teman-temannya melalui media sosial Facebook. Tidak sedikit pelanggan yang memintanya mengirim puluhan barang, seperti ke Sumbawa, Jakarta.

photo
Pengrajin tenun dan songket.

Namun, sejak ada bencana gempa bumi yang mengguncang Lombok dan sekitarnya, usaha Misnawati sempat surut. Dalam sepekan, Misnawati hanya mendapat untung Rp 1 juta. Karena itu, dia berharap pemerintan daerah gencar mempromosikan NTB sudah bangkit dan aman.

"Kita itu perempuan juga harus bangkit. Nggak harus jadi PNS (Pegawai Negeri Sipil). Skil (keterampilan) harus dikembangkan," ujar dia.

Misnawati mengaku beruntung bertemu dengan BTPN Syariah yang memiliki program untuk keluarga prasejahtera. Misnawati selalu mengkomunikasikan berbagai permasalahan usaha dengan bankir pemberdaya atau yang disebut Melati Putih Bangsa.

Kepala Komunikasi Korporasi BTPN Syariah Ainul Yaqin mengatakan BTPN Syariah meyakini perempuan memiliki peran penting dalam keluarga. Tidak sedikit perempuan di pelosok negeri yang memiliki mimpi memiliki kehidupan lebih baik dan menyejahterakan keluarga.

"Mereka ini tak gampang menyerah. Mereka mampu menghasilkan karya mengagumkan," ujar Ainul.

Dia menjelaskan program pemberdayaan perempuan BTPN Syariah berasal dari dana yang terhimpun dari keluarga sejahtera. Dana tersebut disalurkan pada keluarga prasejahtera produktif yang berlokasi di 4.000an kabupaten atau kota di 24 provinsi.

"Memiliki model bisnis unik yang mengkombinasikan misi bisnis dan sosial (do good do well)," kata dia.

Ainul mengatakan program ini fokus mengembangkan keuangan inklusif melalui pemberdayaan nasabah perempuan. Selain itu, BTPN Syariah juga memberi kesempatan pada ribuan lulusan minimal sekolah menengah atas menjadi bankir pemberdaya atau community officer. Perempuan-perempuan yang disebut Melati Putih Bangsa itu, berhubungan langsung dengan keluarga prasejahtera.

"Peran utama Melati Putih Bangsa ini adalah menjadi role model dalam membangun perilaku nasabah berani Berusaha, Disiplin, Kerja keras, dan Saling membantu (BDKS)," ujar dia.

Ainul menjelaskan program itu meningkatkan kapasitas nasabah melalui program pendampingan, seperti pengolahan keluangan sederhana. Program ini memberi kesempatan nasabah membangun dan memperkuat perilaku utama BDKS.

Pelatih bisnis BTPN Syariah wilayah Mataram, Bali, Kupang, Andi Satrio menjelaskan program pemberdayaan BTPN Syariah selalu melakukan penyaringan sebelum memberikan modal pada keluarga prasejahtera. BTPN Syariah berupaya memberikan modal pada keluarga yang memiliki impian usaha matang. Sejak 2013, ada 38-39 ribu nasabah prasejahtera ikut program pemberdayaan itu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement