Jumat 21 Dec 2018 18:26 WIB

Jelang Nataru, Harga Bahan Pokok di DIY Mulai Naik

Pemantauan harga dilakukan di lima pasar di kabupaten/kota se DIY.

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Yusuf Assidiq
Kios bahan pokok di pasar tradisional.
Foto: Yusuf Assidiq.
Kios bahan pokok di pasar tradisional.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA  -- Sejumlah komoditas bahan pokok di DIY terpantau mulai mengalami kenaikan jelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2019. Tetapi secara umum, kenaikan tersebut masih dalam taraf kewajaran dibandingkan kondisi Lebaran dan libur Nataru tahun sebelumnya.

Hal itu berdasarkan hasil pemantauan sembilan bahan pokok yang dilakukan oleh TPID (Tim Pemantau Inflasi Daerah) DIY. Pemantauan dilakukan di lima pasar di kabupaten/kota se DIY, antara lain Pasar Kranggan (Kota Yogyakarta), Pasar Wates (Kulonprogo), Pasar Playen (Gunungkidul), Pasar Imogiri (Bantul), dan Pasar Pakem (Sleman).  

Dalam jumpa pers, Kepala Biro Perekonomian dan Sumber Daya Alam Setda DIY, Sugeng Purwanto, mengungkapkan komoditas yang menunjukkan kenaikan yakni telur, daging ayam, cabai rawit, cabai merah, dan tepung terigu. Rata-rata komoditas mengalami kenaikan sekitar Rp 1.000-Rp 2.000.

Yang naik cukup signifikan adalah cabai rawit merah Rp 7.000 per kilogram dan cabai rawit merah keriting Rp 5.000 per kilogram di Pasar Pakem. Juga telur di Sleman naik Rp 2.000 per kilogram. “Padahal di Sleman merupakan sentral produksi telur terbesar di DIY yakni 6,8 ton per hari,” kata Sugeng. 

Hal senada disampaikan Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY Sri Fitriani. Ia menyatakan harga kebutuhan pokok di DIY masih terjangkau dan tidak menimbulkan lonjakan yang berarti. Ia menambahkan untuk harga beras masih stabil dan Bulog Divre DIY akan menjaga persediaan beras. 

Menurutnya, stok beras masih cukup untuk empat bulan ke depan. “Kami minta Bulog untuk terus mewaspadai harga daging ayam. Karena masyarakat DIY senang mengonsumsi daging ayam dan ikan darat. Apabila terjadi kenaikan signifikan, Bulog bisa melakukan strategi untuk daging ayam karena  punya storage (tempat penyimpanan daging ayam).“

Diungkapkan, kenaikan harga telur ayam terjadi karena untuk membuat kue Natal. "Dan sekarang untuk hantaran menjadi lebih banyak berupa kue karena lebih praktis," ujarnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement