REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jangan berharap menyimak kesedihan berlebih akibat keterpurukan ekonomi atau konflik bertele-tele pada film Keluarga Cemara. Alih-alih disuguhi tragedi, penonton justru diajak menangis bahagia sambil tertawa haru.
Kisah Abah (Ringgo Agus Rahman), Emak (Nirina Zubir), Euis (Zara JKT48), dan Ara (Widuri Puteri) memantik kombinasi emosi itu. Meski cobaan mendera, mereka tetap tegar layaknya pohon cemara yang kuat bertahan di segala musim.
Kehidupan mereka semula harmonis dan sejahtera, sampai Abah terjerat masalah keuangan. Akibatnya, mereka harus pindah jauh dari kota besar, beradaptasi kala menghadapi kehidupan baru yang jauh berbeda dari sebelumnya.
Keluarga Cemara diproduksi Visinema Pictures, bekerja sama dengan Ideosource dan Kaskus. Sinema yang bakal tayang mulai 3 Januari 2019 itu diadaptasi dari sinetron legendaris Arswendo Atmowiloto.
Selama satu jam 50 menit, sutradara Yandy Laurens menyajikan kisah menghangatkan hati dalam balutan modern. Ada cukup banyak hal yang diubah dari cerita terdahulu, baik dari penambahan karakter atau tampilan tokoh.
Walau sangat lain dengan Abah dan Emak versi silam, Ringgo dan Nirina amat cocok disandingkan sebagai orang tua yang kompak. Mereka membuktikan bahwa karakter dalam sebuah cerita bisa diperankan siapa saja.
Unsur nostalgia terwakili becak legendaris Abah yang dihadirkan pada film meski kini punya fungsi lain. Penonton sinetronnya juga pasti bertanya-tanya di mana si bungsu Agil, yang hanya bisa terjawab setelah menyimak film.
Keluarga Cemara meramu kebahagiaan, kesedihan, komedi, serta dinamika cinta keluarga dalam satu kesatuan utuh dengan hangat dan mengalir. Semua itu mengingatkan dengan telak, bahwa harta yang paling berharga adalah keluarga.