Sabtu 22 Dec 2018 22:29 WIB

Kolombia Bunuh Pemberontak Marxis

Operasi dilakukan setelah Arizala menembak mati tiga pekerja media Ekuador.

Rep: Lintar Satria/ Red: Andri Saubani
Presiden Kolombia Ivan Duque
Foto: reuters
Presiden Kolombia Ivan Duque

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Pasukan pertahanan Kolombia bunuh pemberontak Marxis, Walter Patricio Arizala dalam sebuah operasi yang dimaksudkan untuk mengakhiri penyerangannya terhadap warga sipil. Pada Sabtu (22/12), Presiden Kolombia Ivan Duque operasi itu dilakukan setelah Arizala menculik dan menembak mati tiga pekerja media Ekuador awal tahun ini.

Dalam pengumuman yang disiarkan di televisi Duque mengatakan Arizala yang dikenal Guacho, terbunuh dalam operasi gabungan polisi dan tentara Kolombia di dekat perbatasan dengan Ekuador. Arizala seorang anggota unit Oliver Sinisterra, sebuah faksi bekas kelompok pemberontak Revolutionary Armed Forces of Colombia (FARC).

FARC menolak mematahui perjanjian damai pada 2016. Pemerintah Kolombia mengerahkan lebih dari tiga ribu pasukan angkatan bersenjata untuk menemukan Arizala baik dalam keadaan 'hidup atau mati'.  

"Pesannya jelas, kami tidak mau melangkah mundur dalam mempertahankan legalitas, kehidupan, kehormatan dan properti rakyat Kolombia, banyak komunitas Kolombia yang akan tidur nyenyak karena salah satu penjahat yang paling buruk di negara ini sudah mati," kata Duque, Sabtu (21/12).

Arizala yang berusia 29 tahun dituduh melakukan penyuludupan narkoba, menyiksaan dan pembunuhan. Ia membunuh dua orang jurnalis Ekuador dan supir mereka setelah sempat menculik mereka pada 26 Maret lalu. Para jurnalis tersebut berkerja untuk surat kabar El Comercio yang bermarkas di Quito, Ekuador.

"Saya katakan kepada rakyat Ekuador kejahatan yang dilakukan terhadap tiga orang Ekuador tidak akan berakhir dengan impunitas," kata Duque.

Sebuah bukti foto yang menunjukan tiga orang Ekuador yang diculik masih hidup memperlihatkan tiga orang tersebut diikat dan leher mereka dirantai. Lalu Arizala menembak kepala mereka. Awak media melaporkan kejahatan itu dilakukan di wilayah Esmeraldas, sebuah daerah perbatasan ketika mereka diculik kelompok Arizala.

Baik pemerintah Kolombia dan Ekuador sudah menjanjikan uang sebesar 100 ribu dolar AS untuk informasi yang mengarah pada penangkapan Arizala. Lebih dari seribu orang pemberontak FARC menolak didemobalisasi sesuai dengan perjanjian dengan mantan presiden Kolombian Juan Manuel Santos.

Para pemberontak itu melanjutkan penyuludupan narkoba ke seluruh Kolombia. Kini lebih dari 1.800 orang dari 30 unit pemberontak tersebut tersebar di seluruh penjuru Kolombia.

Pemberontak FARC yang beroperasi di hutan perbatasan dengan Ekuador menyerang pasukan penjaga Ekuador di sepanjang perbatasan. FACR yang telah beroperasi selama lebih dari setengah abad menyerang objek militer atau kota-kota sipil.

Biasanya mereka membiarkan para jurnalis bekerja secara bebas. Kecuali jika jurnalis tersebut menentang kepentingan mereka.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement