Selasa 25 Dec 2018 20:01 WIB

2018 Produk PT Pusri Lampaui Target

Perseroan mulai melakukan perubahan iklim bisnis, salah satunya transformasi digital.

Rep: Maspril Aries/ Red: Agus Yulianto
Direktur Utama PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) bersama direksi dan dewan komisaris, Senin (24/12) malam melakukan pengantongan produksi terakhir pupuk urea selama 2018.
Foto: Foto: Humas PT Pusri
Direktur Utama PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) bersama direksi dan dewan komisaris, Senin (24/12) malam melakukan pengantongan produksi terakhir pupuk urea selama 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Kinerja PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) selama 2018 menunjukkan kinerja positif. Selama satu tahun terakhir produksi pupuk urea, amoniak dan pupukNPK melampaui target yang ditetapkan dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP).

Pada pengantongan terakhir produksi 2018, Senin (24/12) malam di pabrik pupuk PT Pusri, BUMN pupuk tertua di Indonesia tersebut mampu merealisasikan produksi pupuk urea 2.175.200 ton dan memproduksi amoniak 1.531.570 ton.

Menurut Direktur Utama PT Pusri Mulyono Prawiro pada pengantongan terakhir produksi pupuk urea bersama seluruh direksi dan dewan komisaris, realisasi produksi urea mencapai 107 persen dari target RKAP 2.027.500 ton. Demikian pula dengan produksiamoniak mencapai 104 persen dari target RKAP sebanyak 1.415.500 ton.

“Untuk produksi pupuk NPK realisasi produksi mencapai 104,290 ton atau di atas target RKAP sebanyak 100.000 ton atau 104 persen dari RKAP,” kata Mulyono.

Mulyono  mengatakan, 2018 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi PT Pusri karena harus berhadapan dengan berbagai kendala serta persoalan. "Kepada seluruh karyawan harus bekerja keras dan melakukan efesiensi, karena pabrik Pusri III dan IV masih boros penggunaan gas, sehingga dengan efisiensi, inovasi, kreatifitas dengan teknologi  perseroan mampu bersaing dengan pupuk luar.”

Dengan pabrik yang sudah berusia tua, menurut Mulyono, pabrik pupuk Pusri boros penggunaan gas, serta harga gas yang tinggi, jauh dari harga yang diperoleh kompetitor. “Semua itu berdampak pada harga jual produk komersil,” ujarnya.

Menghadapi 2019, direktur utama BUMN pupuk tertua di Indonesia tersebut menjelaskan, untuk mengejar pendapatan bersih lebih baik dari rencana kerja dan anggaran perusahaan perlu kontribusi besar bersama dari seluruh karyawan. Berapa iklim bisnis regional maupun global masih perlu dicermati lagi, belum stabil perekonomian dalam negeri dan global masih berpengaruh pada seluruh industri dalam negeri. "Kita harus lebih fokus lagi, dan berusaha keras memulainya pada 2019,” ujarnya.

Ke depannya perseroan mulai melakukan perubahan iklim bisnis, salah satunya transformasi digital. Dengan perubahan tersebut dapat efisiensi dari sisi operasional. “Pusri telah meluncurkan aplikasi digital dengan ama e-PAS atau (Pusri Agribusiness Solution). Melalui teknolgi digital PT Pusri dapat melayani dan mengatasi masalah dalam pertanian dan agrobisnis, sehingga Pusri dapat bersaing di pasar,” katanya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement