Rabu 26 Dec 2018 11:18 WIB

Phapros Jadi Perusahaan Terakhir yang Listing di BEI

Hari ini Phapros resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Dirut PT Phapros Tbk Barokah Sri Utami (kedua kanan) berbincang dengan Direktur Keuangan Heru Marsono (kiri), Direktur Produksi Syamsul Huda (kanan), dan Direktur Pemasaran Chairani Harahap (kedua kiri), usai mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (26/4).
Foto: Antara/R. Rekotomo
Dirut PT Phapros Tbk Barokah Sri Utami (kedua kanan) berbincang dengan Direktur Keuangan Heru Marsono (kiri), Direktur Produksi Syamsul Huda (kanan), dan Direktur Pemasaran Chairani Harahap (kedua kiri), usai mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (26/4).

REPUBLIKA.CO.ID, PT JAKARTA -- PT Phapros Tbk kini telah resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham PEHA. Maka, perseroan menjadi perusahaan ke 57 yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau listing tahun ini.

Phapros merupakan perusahaan terakhir yang melalukan IPO pada 2018. Per akhir Desember, jumlah perusahaan yang tercatat di BEI mencapai 619.

Baca Juga

Direktur Utama Phapros Barokah Sri Utami menjelaskan, sebelumnya perusahaan farmasi dan alat kesehatan nasional tersebut merupakan perusahaan Tbk nonlisted. "Jadi saham Phapros belum tercatatkan di BEI, sehingga mekanisme jual beli saham selama ini melalui pasar konvensional," ujarnya di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (26/12).

Hal itu, kata dia, mengakibatkan harga saham tidak memiliki standar serta patokan yang jelas. "Maka dengan pencatatan saham di BEI, harga saham Phapros sekarang terstandarisasi," kata wanita yang akrab disapa Emmy tersebut.

Dirinya menjelaskan, keputusan ini diambil setelah melalui berbagai pertimbangan. Manajemen pun memutuskan melantai di bursa pada akhir 2018, seiring kinerja perusahaan yang tengah tumbuh.

Lebih lanjut, Emmy menuturkan, pencatatan Phapros di bursa dijalankan tanpa melakukan emisi saham maupun emisi obligasi. "Perusahaan seperti kami sangat jarang. Kami bisa gandeng seluas-luasnya kemitraan strategis. Maka kita nggak lakukan right issue," jelasnya.

Hal itu pula, kata dia, yang membuat saham PEHA terlihat stagnan pada awal pembukaan perdagangan.  "Jadi kita ingin membawa karyawan serta pemegang saham untuk bertransformasi secara terukur dan nyaman. Pemegang saham kami ada 1.007 dan beberapa belum tahu bagaimana caranya nabung saham. Maka perlu kita sosialisikan terus," tutur Emmy.

PEHA mencatatkan 840 juta saham di papan pengembang (listing board). Dengan harga perdana saham sebesar Rp 1.198 per lembar saham serta nilai nominal Rp 100 per saham.

"Jadi sebagai upaya menjaga likuiditas, kami sudah lakukan stock split saham pada 840 juta saham yang beredar. Stock split yang dilakukan satu berbanding lima," jelas Emmy.

Ia berharap, pada April tahun depan saham PEHA bisa masuk papan utama. "Karena sekarang di papan pengembang," tambahnya.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengapresiasi transformasi yang dilakukan Phapros dari perusahaan publik menjadi perusahaan publik dan tercatat. "Kini Phapros sudah lengkapi statusnya. Kami yang keputusan ini merupakan keputusan strategis," katanya pada kesempatan serupa.

Nyoman menerangkan, banyak manfaat yang bisa didapatkan perusahaan setelah lakukan IPO. Di antaranya membuka window opportunities yang luas bagi perseroan karena bisa diekspos pada investor.

"Paling penting perusahaan bisa rising fund," katanya. Ia berharap, eksistensi Phapros ke depannya bisa semakin mendorong jumlah pemegang saham sekaligus berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement