Kamis 27 Dec 2018 00:28 WIB

ICMI Mencatat Ekonomi Lambat 2018, tapi Lebih Cerah 2019

Pada 2019 ekonomi diharapkan dapat tumbuhan minimal 6 persen

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Nashih Nashrullah
jimly Ashiddiqie
Foto: Republika
jimly Ashiddiqie

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) menyampaikan, dalam perjalanan 2018 terjadi perlambatan ekonomi. Perlambatan ini disebabkan faktor internal dan eksternal. Perlambatan ekonomi tersebut berpengaruh terhadap beberapa aspek pertumbuhan yang melambat dan stabilitas harga bahan pokok terganggu. 

Ketua Umum ICMI, Prof Jimly Ashiddiqie, mengatakan akibat perlambatan ekonomi 2018, membuat nilai tukar rupiah melemah dan membuat pemanfaatan APBN dan APBD tidak efektif. Namun di akhir tahun terlihat adanya tanda-tanda pemulihan ekonomi.  

Baca Juga

"Oleh karena itu, ICMI berpendapat 2019 akan lebih cerah, memulihkan dan menggairahkan perekonomian nasional," kata Prof Jimly saat konferensi pers refleksi perjalanan bangsa tahun 2018 di Sekretariat ICMI Pusat, Rabu (26/12). 

Ia menyampaikan, pada 2019 ekonomi diharapkan dapat tumbuhan minimal 6 persen, investasi meningkatkan, membuka lapangan pekerjaan dan menghindari terjadinya PHK dengan meluncurkan kredit murah untuk usaha koperasi dan UMKM. 

ICMI juga berharap tahun depan distribusi pembangunan untuk memperoleh kesempatan mendapatkan penghasilan lebih baik lagi, menerapkan dengan sungguh-sungguh paket perekonomian yang diluncurkan pemerintah, dan menguatkan nilai rupiah hingga stabil. 

"(Diharapkan) ketahanan pangan semakin ditingkatkan, pengelolaan energi dan sumber daya alam dikelola untuk kemaslahatan, dan BBM serta energi disesuaikan dengan harga yang terjangkau," ujarnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.

(QS. Al-Ma'idah ayat 6)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement