REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Hari Hijab Dunia pada Rabu (26/12) direncanakan melaksanakan kegiatannya pada 2019 dengan tujuan mendorong perempuan menyuarakan pilihan mereka untuk memakai hijab. Hingga saat ini, masih saja terjadi diskriminasi terhadap perempuan berhijab.
"#FreeInHijab adalah tanda pagar (tagar) yang sangat diperlukan bagi situasi global kita saat ini, tempat perempuan yang berhijab dicap oleh media sebagai orang yang tertindas dan secara simbolis terkungkung," kata Nazma Khan kepada Kantor Berita Anadolu dalam satu wawancara eksklusif sebelum peluncuran kegiatan tersebut.
Melalui tagar ini, perempuan didorong menyuarakan pilihan mereka untuk memakai hijab. Diharapkan, hal itu bisa menepis salah pemahaman yang beredar luas.
Hari Hijab Dunia diperingati setiap tahun pada 1 Februari. Pada 2017 Hari Hijab Dunia menjadi organisasi nirlaba dengan misi memerangi diskriminasi terhadap kaum Muslimah melalui pendidikan dan peningkatan kesadaran yang diungkap dalam laman resminya.
Moto 2019 untuk memperingati hari tersebut ialah, 'Breaking Stereotypes, Shattering Boundaries'. Kegiatan tersebut juga meliputi promosi Hari Hijab Dunia, baik daring maupun luring secara global.
Nazma Khan mengatakan, motifnya di balik penciptaan hari itu ialah kesulitan yang dihadapi karena ia berhijab ketika tumbuh dewasa di New York City. "Saya terus-menerus dirundung di sekolah menengah dan sekolah tinggi. Diskriminasi mencapai bermacam puncak setelah 11/9," kata Nazma Khan.
Ia mengenang serangan 11 September di AS. "Setiap hari, saya menghadapi bermacam tantangan saat saya berjalan di luar rumah, saya dikejar-kejar, diludahi, dikepung oleh orang jahat, diteriaki teroris, Usamah bin Ladin, dan lain-lain," katanya.
Ia menambahkan bahwa itu benar-benar menghancurkan perasaannya. Ia tak ingin orang lain mengalami perlakuan yang sama.
"Oleh karena itu, saya berpikir, jika saya dapat mengundang saudari-saudari dari seluruh lapisan kepercayaan dan latar belakang untuk bergabung dengan saya cuma sehari sajam barang kali keadaan akan berubah," katanya.
Dan untuk itulah, Nazma bangkit dengan gagasan Hari Hijab Dunia. Wanita pegiat tersebut mengatakan, perempuan yang memakai hijab untuk sehari sebagai solidaritas akan memberi gagasan mengenai kondisi yang dihadapi perempuan berhijab setiap hari.
Nazma Khan mengatakan, ada banyak tonggak sejarah dalam lima tahun belakangan dan salah satunya ialah pengakuan buat hari itu oleh Negara Bagian New York pada 2017. Pada tahun yang sama Majelis Permusyawaratan Rakyat Inggris menjadi tuan rumah untuk memperingati hari tersebut dan Perdana Menteri Theresa May juga hadir. Pada 2018 Parlemen Skotlandia juga menjadi tuan rumah ekshibisi tiga-hari untuk hari itu dan Filipina juga melakukan tindakan untuk mengumumkan 1 Februari sebagai Hari Hijab Nasional.
"Dengan pengakuan tersebut oleh lembaga pemerintah, gerakan kami terus berjalan ke arah pengurangan diskriminasi gender," kata Nazma Khan.