REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melakukan kunjungan mendadak ke pasukan militer AS di Irak pada Rabu (26/12) waktu setempat. Ini merupakan perjalanan pertamanya ke zona konflik selama hampir dua tahun masa kepresidenannya.
Kunjungan itu dilakukan beberapa hari setelah ia mengumumkan penarikan pasukan Amerika dari negara tetangga Irak, Suriah.
Didampingi oleh ibu negara Melania Trump dan berbicara di Pangkalan Udara Al Asad barat Baghdad, Trump membela penarikan pasukan AS di Suriah menyusul kalahnya militan ISIS. "Kehadiran kami di Suriah tidak terbuka dan tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi permanen," katanya kepada pasukan di Irak.
Dia juga mengatakan, beberapa personel militer sekarang dapat kembali ke rumah untuk keluarga mereka.
Trump menghabiskan kurang lebih tiga jam di Irak. Dalam perjalanan pulangnya, Trump juga berhenti di Jerman untuk mengunjungi pasukan militer di Pangkalan Udara Ramstein.
Trump seharusnya bertemu dengan Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi, namun pada akhirnya mereka hanya berbicara melalui telepon.
Kantor Abdul Mahdi mengatakan, ada ketidaksepakatan dalam melakukan pertemuan. Anggota parlemen Irak mengatakan, perdana menteri menolak permintaan Trump untuk menemuinya di pangkalan militer.
Baca juga, Irak Luncurkan Serangan Udara Terhadap ISIS.
Menurut Juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders, pertemuan itu dibatalkan karena masalah keamanan dan pemberitahuan singkat perjalanan. "Mereka baik menerima kami dan Abdul Mahdi menerima undangan Trump ke Gedung Putih di Tahun Baru nanti," ujar Sanders.
Pemberitaan positif
Kunjungan Trump ke Irak, dinilai hanya upaya mencari berita positif setelah penarikan 2.000 tentara AS di Suriah dan menarik keluar setengah dari 14 ribu personel di Afghanistan. Keputusan Trump ini menuai protes. Menteri Pertahanan James Mattis yang setuju dengan sikap Trump memutuskan untuk mengundurkan diri.
Tidak sedikit anggota parlemen AS dari partai Republik dan Demokrat menolak kebijakan Suriah Trump. Mereka menilai perang melawan ISIS belum selesai dan penarikan besar itu membuat sekutu dalam kesulitan.
Kunjungan Trump ke basecamp militer di Baghdad mengejutkan militer AS di Irak karena dia tidak pernah mendatangi pasukan AS di zona konflik sejak menjabat pada Januari 2017. Terutama setelah ia membatalkan perjalanan ke pemakaman World War One di Prancis bulan lalu karena hujan.
Hingga kini tingkat kekerasan di Irak turun drastis sejak ISIS mengalami serangkaian kekalahan tahun lalu. Seperti diketahui, sekitar 5.200 tentara AS berlatih dan memberi tahu pasukan Irak yang masih melakukan upaya melawan kelompok militan.
Di Irak, Trump juga berbicara dengan komandan militer dan duta besar AS. Sanders mengatakan mereka datang dengan rencana kuat yang akan memungkinkan AS melanjutkan jalan menuju kemenangan total atas ISIS. "Tidak seperti Suriah, saya tidak punya rencana untuk menarik diri dari Irak," kata Trump.
Trump berbicara kepada pasukan yang berkumpul di ruang makan yang dihiasi dekorasi Natal dan Tahun Baru dan berbincang dengan tentara soal tentang tim sepak bola favorit mereka. "Sudah waktunya untuk mengeluarkan anak muda kita," kata Trump.
"Saya sudah menandatangani banyak surat dan saya sebenarnya tidak suka mengirim surat-surat itu ke orang tua mereka dengan mengatakan bahwa anak muda Anda atau wanita muda Anda telah terbunuh dalam perang," kata Trump lagi.