Kamis 27 Dec 2018 17:34 WIB

Mentan Canangkan Revitalisasi Kakao di Kolaka Utara

Kementan anggarkan Rp 5,5 triliun untuk perkebunan dan hortikultura.

Red: EH Ismail
Kebun kakao di Kabupaten Kolaka Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).
Foto: Humas Kementan.
Kebun kakao di Kabupaten Kolaka Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

REPUBLIKA.CO.ID, KOLAKA UTARA -- Jelang pergantian tahun, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melakukan gerakan revitalisasi kakao di Kabupaten Kolaka Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Kegiatan tersebut merupakan bagian dari upaya Kementerian Pertanian untuk mengembalikan kejayaan komoditas perkebunan Indonesia dengan membagikan bibit unggul gratis kepada petani.

Mentan secara langsung memberikan bantuan benih unggul tanaman kakao sebanyak 1,5 juta batang kepada kelompok tani di Kolaka Utara. Bantuan kakao tersebut merupakan bantuan terbesar di Sulawesi Tenggara yang total sudah menerima 3,8 juta batang untuk 3.785 hektare lahan.

“Tidak ada cara lain, pertanian Indonesia harus meningkatkan produktivitasnya dengan bibit unggul. Karena itu, kita anggarkan Rp 5,5 triliun untuk perkebunan dan hortikultura, termasuk kakao, cengkeh, lada, kopi dan lain-lain untuk seluruh Indonesia,” kata Amran kepada petani yang hadir di Desa Kalahunde, Kecamatan Pakue Tengah, Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara, Kamis (27/12).

Tak ingin kehilangan momentum, Amran yang hadir setelah menempuh perjalanan darat 5 jam dari Bandar Udara Sangia Nibandera di Kolaka memberikan semangat kepada seribu petani yang hadir. Amran menyampaikan sejumlah program Kementan yang mendukung petani, mulai alokasi anggaran yang berpihak ke petani, hingga penindakan para mafia yang menainkan bibit, benih, dan harga.

“Kami ingin, saudaraku petani terus berproduksi. Meningkatkan produktivitas dan kualitas. Bila perlu, processing-nya ke depan di tangan para petani, sehingga nilai tambahnya bisa didapatkan. Kesejahteraan petani bisa meningkat,” ujar Amran.

Kolaka Utara merasakan masa keemasan untuk tanaman kakao pada tahun 1997. Bahkan, ketika krisis ekonomi tengah melanda, petani kakao sejahtera karena harganya juga terkerek naik. Namun, sejak maraknya hama penyakit tanaman di tahun 2000-an, kakao tidak lagi menjadi primadona buat petani. Tanaman juga sudah berumur tua dan tidak produktif lagi.

Data Dinas Pertanian setempat menyebutkan, potensi kakao di Kolaka Utara mencapai 87 ribu hektare dan 43 ribu harus segera direvitalisasi. Jika berhasil, maka bisa mengangkat kehidupan masyarakat yang 80 persennya tergantung pada perkebunan kakao.

“Bibit Kakao Sambung Pucuk yang kita bagikan ini adalah yang terbaik dan sudah tersertifikasi. Produktivitasnya 3,5 ton per hektare atau 7 kali lipat dari yang ada saat ini. Usia 10 bulan sudah berbunga dan 18 bulan sudah berbuah,” jelas Amran. “Kita harus hati-hati memilih bibit, terutama perkebunan. Karena jika salah, kerugiannya bisa hingga 20 tahun,” sambung Amran.

Tanamam sela jagung

Selain membagikan bibit kakao, Amran juga memikirkan cara menjaga semangat petani Kolaka Utara di sela proses revitalisasi kakao. Menurut dia, selama masa proses peremajaan mulai penebangan, penanaman kembali, hingga berbuah, ada waktu sela selama sekitar 2 tahun. Waktu itu bisa dimanfaatkan petani dengan menanam jagung.

Kementan, kata Amran, membagikan bibit jagung gratis untuk ditanam oleh petani, luasnya ditambah dari semula 3 ribu hektare menjadi 5 ribu hektare. “Harga jagung saat ini sedang bagus dan sangat cocok untuk ditanam petani di sini. Awal pemerintahan kita sudah buat aturan lewat Perpres terkait harga jagung, yakni minimal Rp 3.150 per kilogram, sekarang harganya bahkan sudah mencapai Rp 4.500 per kilogram,” ungkap Amran yang juga berkesempatan memanen jagung di lahan seluas 22 hektare jagung pada acara tersebut.

Bupati Kolaka Utara Nur Rahman Umar menyatakan, memang perlu langkah kongkret untuk menunggu revitalisasi berjalan dengan baik. Cara efektif adalah dengan menanam tanaman sela. Data Dinas Pertanian Kolaka Utara menunjukkan, sepanjang 2018, Kolaka Utara meralisasikan luas tanam sebanyak 6.601 hektare.

“Terima kasih, Pak Menteri, yang sudah jeli dan mau membantu petani di sini. Pilihan kami, sesuai dengan Pak Menteri, yang terbaik adalah jagung. Kami sudah berhasil mengembangkan pertanaman jagung, bahkan sudah panen. Namun, perlu upaya lebih keras untuk perluasan,” terang Nur Rahmat.

Ke depan, Kolaka Utara diharapkan mampu mengembalikan kejayaan perkebunan kakao. Tidak hanya itu, dengan industri pengolahan, petani diminta tidak lagi menjual biji, tetapi produk siap konsumsi sehingga kesejahteraan petani meningkat sekaligus menjaga kesinambungan perkebunan kakao di Kolaka Utara. Selain bantuan bibit kakao dan jagung, Kementan juga membagikan bibit kelapa, pupuk, dan sejumlah alat mesin pertanian (alsintan) berupa hand tractor, traktor roda empat, combine harvester, dan ekskavator.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement