REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) ke depan akan difokuskan pada potensi ancaman yang nyata. Salah satunya,Menhan mengatakan Indonesia harus memiliki peralatan yang juga bisa digunakan untuk mitigasi bencana alam dan operasi penyelamatan (SAR).
"Sejak awal saya sudah menyampaikan supaya alutsista disesuaikan dengan ancaman nyata," kata Ryamizard dalam konferensi pers laporan akhir tahun Kementerian Pertahanan di Jakarta, Kamis (27/12).
Ryamizard menegaskan sejak awal kabinet kerja, dirinya telah menyampaikan tidak ada perang terbuka antara negara saat ini. Sehingga ancaman peperangan menurutnya belum nyata. "Jika menjadi nyata, mengganggu keutuhan negara, baru kita perang," ujarnya.
Ancaman nyata saat ini, kata Ryamizard, adalah terorisme, bencana alam, pemberontakan, ancaman perbatasan, pencurian ikan, wabah penyakit, perang intelijen dan narkoba. Oleh karena itu, Kemenhan akan memastikan pengadaan alutsista ke depan diperuntukkan bagi sejumlah ancaman nyata itu.
"Kalau dulu masih saya sodorkan. Ke depan harus ada," ujar dia.
Dia mencontohkan dari sisi pertahanan menghadapi bencana, Indonesia harus memiliki alutsista mitigasi bencana alam, pencarian korban dan penyelamatan (SAR). "Bagaimana bisa mengetahui potensi bencana alam, serta penanganan bencana. Misal, dengan pesawat, yang bisa mencapai titik bencana dalam hitungan jam sehingga korban jiwa bisa diminimalkan," ucapnya.
Kemudian dari sisi pertahanan terhadap wabah penyakit, Indonesia harus memiliki alat pendeteksi suhu tubuh manusia, baik di pelabuhan dan bandar udara, secara cukup. "Jadi masalah alutsista untuk ancaman nyata ke depan harus dilaksanakan," ujarnya, menegaskan.