Jumat 28 Dec 2018 10:10 WIB

Kiprah Buruk 2018 dan Peluang Timnas Berprestasi pada 2019

PSSI harus menerapkan aturan agar klub dan timnas tidak tarik ulur terkait pemain.

Red: Didi Purwadi
Wartawan Republika, Israr Itah
Foto: Dok, Pribadi
Wartawan Republika, Israr Itah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Israr Itah

Redaktur Republika.co.id

PSSI mendapatkan pukulan bertubi-tubi sepanjang 2018. Setelah timnas berbagai level usia gagal mencapai target yang ditetapkan, kasus pengaturan skor (match fixing) menyeruak pada penutup tahun. Ini merupakan imbas dari buruknya performa timnas senior yang gagal total di Piala AFF 2018. Dugaan adanya match fixing memicu sejumlah pengakuan bahwa praktik kotor itu telah terjadi bertahun-tahun di liga sepak bola Indonesia, terutama di kasta kedua dan ketiga.

PSSI menunjukkan sedikit iktikad baik untuk memberantas persoalan ini. Pihak kepolisian juga sudah bergerak membantu pemberantasan match fixing dengan membentuk Satgas Antimafia Sepak Bola. Maka, tulisan ini hanya akan membahas tantang tugas berat PSSI untuk menghadirkan prestasi timnas Indonesia pada tahun 2019.

Tahun 2018 menjadi masa yang menyakitkan bagi pendukung timnas Indonesia. Tiga timnas dari berbagai level usia gagal mencapai target yang didambakan. Timnas U-23 terhenti pada babak 16 besar saat pemerintah dan PSSI menargetkan posisi empat besar Asian Games.

Timnas U-16 sempat menghapus dahaga gelar dengan juara Piala AFF U-15. Akan tetapi, tim asuhan Fakhri Husaini kemudian gagal di level lebih tinggi, Piala AFC U-16. Bagus Kahfi dkk dihentikan Australia di perempat final, padahal hanya butuh satu kemenangan lagi untuk mencapai target sebagai semifinalis agar bisa berlaga di Piala Dunia U-17 2019.

Hal serupa terjadi pada timnas U-19. Tim asuhan Indra Sjafri juga terhenti di delapan besar oleh Jepang. Padahal andai menang, Witan Sulaeman dkk bisa berlaga di Piala Dunia U-20 2019. Klimaks kegagalan terjadi di Piala AFF 2018. Timnas senior yang ditargetkan juara, justru harus tersingkir saat penyisihan grup masih menyisakan satu laga.

Timnas putri terlibat dalam tiga turnamen pada 2018, yaitu Piala AFF, Asian Games, dan kualifikasi Olimpiade 2020. Hasilnya, Indonesia gagal lolos dari fase grup Piala AFF putri 2018 dan sepak bola putri Asian Games 2018. Tetapi, ini bisa dimaklumi karena timnas putri Indonesia baru diaktifkan kembali pada 2017 setelah vakum beberapa tahun.

Timnas putri mampu menorehkan catatan bagus di kualifikasi Olimpiade tahun 2020, Tokyo, setelah lolos ke fase kedua kualifikasi. Namun dengan semakin beratnya lawan, tampaknya sulit untuk tim asuhan Rully Nere membuat kejutan pada 2019.

Merespons hasil ini, PSSI menunjuk beberapa nama untuk melatih timnas putra maupun putri. Mantan pelatih klub Liga 1 Indonesia Bhayangkara FC Simon McMenemy menangani timnas senior. Indra Sjafri melatih timnas U-22 dan Bima Sakti memegang timnas U-16.

PSSI ingin para pelatih terus memegang pemain yang sudah lama dalam binaannya saat umur mereka bertambah dan bermain di timnas usia lebih tinggi. Semestinya, PSSI menunjuk Fakhri Husaini menangani timnas U-19 karena sebelumnya ia menangani timnas U-16. Akan tetapi, PSSI belum menentukan nama, meskipun Fakhri Husaini dilaporkan masuk dalam bursa.

Untuk timnas putri, pelatihnya kembali dijabat Rully Nere. Pelatih timnas U-16 putri menyusul kemudian. Nama-nama pelatih semua timnas akan ditetapkan sebelum kongres tahunan PSSI yang rencananya digelar di Bali, 20 Januari 2019.

Selain penunjukan pelatih, PSSI berencana merealisasikan ide mantan pelatih timnas Luis Milla Aspas untuk membentuk wilayah pemasok pemain timnas di kelompok usia muda. Tiap wilayah akan ditangani satu pelatih yang bertanggung jawab menghasilkan pemain jempolan agar dapat diambil memperkuat timnas. Sehingga, pelatih kepala timnas tidak perlu jauh-jauh blusukan ke berbagai daerah, melainkan hanya tinggal memilih pemain yang sudah tersedia berdasarkan rekomendasi pelatih di wilayah. Rencananya, ide ini akan diterapkan di timnas U-16 dan U-19 dengan pembagian tiga wilayah, yakni barat, tengah, dan timur.

''Kami ingin talent pool 100 pemain yang terbagi ke dalam tiga kelompok. Hal itu dengan mempertimbangkan besaran potensi pesepak bola di Indonesia. Bisa saja, kelompok itu terbagi dalam tiga wilayah, barat, tengah dan timur,'' kata Wakil Ketua Umum PSSI, Joko Driyono saat mengumumkan pelatih timnas berbagai level usia pada Kamis, 20 Desember lalu. Sementara timnas U-22 dan senior masih mengandalkan pola lama, yakni talent scouting dari kompetisi Liga 1 dan Liga 2.

Timnas U-22

Melihat agenda timnas sepanjang 2019, sorotan paling besar dipastikan tertuju ke Indra Sjafri. Sebab, tim asuhannya akan melakoni sejumlah agenda penting tahun depan. Mulai 17 Februari, timnas U-22 akan berpartisipasi di Piala AFF U-22 di Kamboja. Timnas U-22 diharapkan akan tampil pada partai puncak pada 2 Maret.

Kemudian pada 22-26 Maret, timnas U-22 akan menjalani kualifikasi Piala Asia U-23 2020. Terakhir pada 30 November, tim asuhan Indra Sjafri akan berlaga di SEA Games 2019 Manila.

Melihat jadwal ini, Indra tak mungkin mengandalkan scouting dari kompetisi. Sebab, Liga 1 2019 diperkirakan akan bergulir setelah pemilihan umum presiden/wakil presiden dan wakil rakyat pada April. Itu artinya, Indra akan mengandalkan sejumlah pemain timnas U-19 yang dipolesnya sebelumnya, ditambah beberapa pemain dari timnas U-23 yang berlaga di Asian Games yang usianya masih memenuhi syarat pada dua turnamen awal. Baru pada SEA Games 2019, ia bisa memasukkan pemain yang mungkin berada di luar timnas, tapi tampil menjanjikan sepanjang kompetisi Liga 1 2019.

Untuk Piala AFF U-22 yang kurang dari dua bulan, Indra harus bergegas membuat rencana persiapan di tengah vakumnya kompetisi. Pilihan training camp dalam waktu sebulan diselingi sejumlah uji coba melawan tim-tim berkelas dari Asia dapat menjadi pilihan. Selain itu, Indra harus punya tak hanya satu, melainkan banyak langkah antisipatif andai tak dapat memainkan Egy Maulana Vikri. Sebab dalam beberapa kesempatan, ketergantungan terhadap Egy justru menjadi titik lemah saat ia tak dapat bermain.

Indra masih akan menghadapi persoalan serupa seperti yang dialaminya di timnas U-19, yakni minimnya penyerang 'buas' haus gol di kotak penalti lawan. Masalah ini yang harus bisa dipecahkan Indra dan tim pelatih timnas U-22 dalam satu bulan setengah ke depan. Indonesia tergabung bersama Malaysia, Singapura, Myanmar, dan Kamboja di  Grup B. Peluang lolos ke semifinal terbuka, tapi untuk juara butuh kerja keras dan keberuntungan.

Peluang lebih berat akan terjadi pada kualifikasi Piala Asia U-23. Sebab, timnas U-22 akan satu grup dengan Thailand, Vietnam, dan Brunei Darussalam. Grup ini sulit karena Vietnam finalis Piala Asia U-23 2018. Kemudian, hanya tim juara dari 11 grup dan empat tim runner-up terbaik yang akan lolos. Jika Thailand menjadi salah satu runner-up terbaik, akan ada satu slot tambahan tim runner-up karena Thailand sudah dipastikan lolos sebagai  tuan rumah Piala Asia U-23 2019. Indonesia tinggal berharap kekuatan Vietnam U-22 berkurang karena beberapa  pemain kuncinya sudah tak bisa lagi bermain karena usia yang sudah lewat.

Untuk SEA Games 2019, peluang Indonesia tergantung hasil undian grup dan persiapan menuju ke sana. Masalah akan muncul bila pemain yang terpilih ke dalam tim masih berkonsentrasi membela klubnya di Liga 1.

PSSI harus menerapkan aturan jelas jauh-jauh hari agar tak ada tarik ulur klub dan timnas terkait pemain. Pemain juga mesti dipastikan bugar dan dalam peak performance saat SEA Games berlangsung, tidak seperti timnas senior saat berlaga pada Piala AFF 2018. Saat itu, para pemain sudah kelelahan karena tampil di Asian Games, membela klub, dan tanpa jeda langsung tampil di turnamen.

PSSI juga bisa menerapkan aturan yang pernah diberlakukan di Liga 1 dua musim lalu, yakni kewajiban menurunkan pemain U-22 dalam pertandingan liga, khususnya penyerang. Ini bisa jadi solusi bagi Indra mendapatkan striker tajam sekaligus punya kepercayaan diri karena bekal jam terbang tinggi di kompetisi lokal.

Indonesia sudah lama gagal menjadi yang terbaik di sepak bola SEA Games. Terakhir kali Indonesia meraih emas pada 1991. Terobosan-terobosan seperti ini pantas dicoba demi mengakhiri paceklik gelar. Keputusan harus diambil jauh-jauh hari agar tidak ada kesan membantu tim tertentu. Tim-tim juga bisa mempersiapkan skuat mudanya untuk mentas bersama tim senior. Rezaldi Hehanussa, Hanif Sjahbandi, Febri Hariyadi, Osvaldo Haay, dan Marinus Wanewar, misalnya muncul dari regulasi tempo hari terkait kewajiban klub memainkan pemain muda dalam menit tertentu.

Timnas U-19

Pelatih timnas U-19 akan memimpin skuatnya berlaga pada Piala AFF U-18 yang berlangsung awal Agustus. Kemudian berlanjut pada kualifikasi Piala Asia U-19 2020 yang digelar awal Oktober 2019.

Pelatih yang akan ditunjuk nanti bisa menggunakan beberapa pemain yang sebelumnya memperkuat skuat timnas U-16 di Piala Asia 2018 serta timnas U-19 20198. Salah satu pemain timnas U-19 sebelumnya yang masih bisa tampil adalah Witan Sulaeman. Sang pengatur serangan ini masih berusia 17 tahun.

Timnas U-16 tampil menjanjikan di bawah asuhan Fakhri Husaini. Idealnya, Fakhri dipilih menangani timnas U-19 karena kemungkinan beberapa pemain timnas U-16 akan mengisi skuat U-19. Namun, andai Fakhri tak didapuk PSSI menangani timnas U-19, sosok lain yang terpilih punya waktu cukup untuk membentuk tim sesuai keinginannya. PSSI hanya perlu memperhatikan persiapan tim menuju turnamen, mulai dari waktu training camp hingga jadwal pertandingan uji coba.

Pelatih baru bisa merekrut pemain dari sejumlah liga usia muda yang digelar di Jakarta, Piala Soeratin, serta siswa PPLP. Ditambah tentunya blusukan ke sejumlah daerah. Bila keinginan PSSI membagi wilayah sentra pemasok pemain timnas sudah berjalan, tugas pelatih timnas U-19 akan lebih mudah. Ia hanya tinggal mengambil pemain dengan karakter sesuai keinginannya dari rekomendasi pelatih wilayah.

Untuk Piala AFF U-18, Indonesia mestinya wajib lolos grup. Sebab, tim Merah Putih hanya akan bersaing dengan Myanmar, Laos, Timor Leste, Filipina, dan Brunei Darussalam di Grup A. Sementara Vietnam, Thailand, Malaysia, Kamboja, Singapura, dan Australia akan saling sikut di Grup B untuk mencari dua tim terbaik menuju semifinal.

Bila timnas U-18 nanti bermaterikan mayoritas pemain timnas U-16 yang menjuarai Piala AFF U-15, semestinya trofi juara wajib diraih. Sebab, eks pemain timnas U-16 akan menjalani training camp selama setengah tahun lebih di Inggris, mulai Januari 2019.

Timnas U-16

Piala AFF U-15 akan digelar di Thailand pada Juli 2019. Bima Sakti Tukiman mendapatkan tugas untuk membawa timnya berprestasi, mengikuti jejak Fakhri Husaini pada 2018. Kemudian, Bima akan kembali memimpin timnas U-15 melakoni babak kualifikasi Piala Asia U-16 2020 pada September 2019.

Mayoritas pemain yang sebelumnya berjaya menjuarai Piala AFF U-15 2018 tak bisa kembali berlaga. Sebab, usia mereka sudah melewati batas maksimal yang diizinkan. Berkaca dari aturan AFF sebelumnya, untuk edisi kali ini, pemain yang boleh tampil maksimal kelahiran Januari 2003. Ini artinya Bima harus melakukan scouting pemain dari sejumlah kompetisi usia muda di Jakarta, Piala Soeratin dan siswa PPLP.

Bila keinginan PSSI membagi wilayah sentra pemasok pemain timnas sudah berjalan, tugas Bima akan lebih mudah. Ia hanya tinggal mengambil pemain dengan karakter sesuai keinginannya dari rekomendasi pelatih wilayah.

Untuk Piala AFF, peluang timnas U-15 lolos empat besar mestinya cukup besar. Sebab, Indonesia akan bersaing dengan Myanmar, Vietnam, Timor-Leste, Singapura, dan Filipina di Grup A untuk meraih tiket semifinal. Adapun untuk jadi juara akan berat walau tetap terbuka.

Klasemen Liga 1 Musim 2024
Pos Team Main Menang Seri Kalah Gol -/+ Poin
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement