REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menyatakan, realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyatnya (KUR) sudah mencapai target yang diberikan pemerintah. Pada 2018, perseroan diamanahi plafon KUR sebanyak Rp 79 triliun.
Angka tersebut setara 68,1 persen dari total plafon KUR yang sebesar Rp 116 triliun. "Target KUR kita sudah tercapai sejak November 2018 lalu," ujar Corporate Secretary BRI Bambang Tribaroto kepada wartawan di Depok, Jawa Barat, Kamis, (27/12).
Ia pun menegaskan, BRI siap bila tahun depan, pemerintah menambah jumlah porsi KUR untuk BRI. Sebab, Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) 4 ini memang fokus menyalurkan kredit ke sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
"Nasabah KUR itu kan kecil-kecil, jadi penyalurannya memerlukan banyak Sumber Daya Manusia (SDM). Biasanya bank lain sulit masuk ke KUR karena kesulitan menjangkau yang kecil-kecil itu, kalau BRI siap, asal nambahnya (plafon) nggak gede-gede, nambah sekitar 10 persen kita siap," kata dia.
Pelabuhan Kuala Tanjung Layani Ekspor Perdana Intra-Asia
Sebelumnya, pemerintah mengimbau kepada bank agar lebih banyak menyalurkan KUR ke sektor produksi. Maka, BRI berupaya untuk meningkatkan penyaluran ke industri tersebut.
Hanya saja, Bambang tidak memungkiri, kalau penyaluran KUR BRI masih didominasi ke sektor perdagangan. Alasannya karena di sekitar BRI, masih banyak industri perdagangan yang memerlukan pembiayaan.
"Tapi kita mau tingkatkan penyaluran ke produksi," ujar Bambang. Dirinya menambahkan, dari total nilai penyaluran KUR perseroan, sebanyak 42 persen di antaranya disalurkan ke sektor produksi lalu sisanya atau 58 persen ke nonproduksi.
Kualitas pembiayaannya, lanjut Bambang, juga terjaga. Terlihat dari tingkat kredit bermasalah atau Nonperforming Loan (NPL) KUR BRI yang saat ini masih di bawah dua persen.