REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memprediksi potensi erupsi dan tsunami Gunung Anak Krakatau tidak akan sebesar erupsi Gunung Krakatau yang terjadi 1883 lalu. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, diameter Gunung Anak Krakatau hanya sekitar 2 kilometer (km), sedangkan diameter 'ibunya' yaitu Gunung Krakatau memiliki diameter enam kali lipat yaitu 12 km.
"Jadi magma yang tersimpan dalam perut buminya (Gunung Anak Krakatau) kecil (jika dibandingkan Gunung Krakatau). Sehingga kemungkinan terjadi erupsi tidak akan besar," katanya saat konferensi pers Update H+6 Penanganan Darurat Bencana Tsunami di Selat Sunda, di Jakarta, Jumat (28/12).
Ia membandingkan saat Gunung Krakatau meletus, ketinggiannya sampai dengan 36 km. Tak hanya kemungkinan erupsi yang kecil dibandingkan Gunung Krakatau, Sutopo menyebut potensi tsunami Gunung Anak Krakatau hanya di wilayah sekitar Selat Sunda.
"Jadi tidak akan sampai Jakarta hingga utara Jawa karena kemungkinan tsunami tidak akan besar," ujarnya.
Jadi BNPB mengimbau masyarakat tetap tenang dan meningkatkan kewaspadaannya. Selain itu, masyarakat hanya diminta mengacu institusi yang berwemang dalam hal ini yaitu Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Sebelumnya Pada Sabtu (22/12) malam lalu terjadi tsunami yang disebabkan longsoran akibat tremor terus menerus gunung Anak Krakatau. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat korban meninggal akibat bencana tsunami yang menerjang Selat Sunda hingga H+6, Jumat (28/12) yaitu sebanyak 426 jiwa.