REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina telah membuka pintu bagi impor beras dari Amerika Serikat (AS) untuk pertama kalinya. Para pengamat menilai, kebijakan Cina itu merupakan pemanasan hubungan antara dua ekonomi terbesar dunia setelah terlibat dalam ketegangan dan tekanan terkait tarif.
Lampu hijau dari bea cukai Cina itu diumumkan dalam pernyataan yang dirilis di situs resmi otoritas bea cukai pada Jumat (28/12). Pengumuman disampaikan setelah Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping menyetujui moratorium tarif yang lebih tinggi yang akan mempengaruhi perdagangan senilai ratusan miliar dolar.
Belum jelas berapa banyak beras yang akan dibeli Cina dari AS. Namun langkah itu merupakan tindak lanjut dari janji Kementerian Perdagangan Cina tentang pembukaan perdagangan lebih awal dengan AS pekan ini.
Pada Kamis (27/12), impor beras merah, beras putih, dan beras tumbuk dari AS telah resmi diizinkan oleh Cina. Impor diperbolehkan selama kargo memenuhi standar inspeksi Cina dan terdaftar di Departemen Pertanian AS.
"Izin untuk beras AS menunjukkan hubungan AS dan Cina yang membaik," kata Cherry Zhang, seorang analis pertanian. Zhang mengatakan dia berharap impor apa pun akan dipesan oleh perusahaan milik negara.
Para pejabat di lembaga think-tank yang berafiliasi dengan Pemerintah Cina di Beijing mengatakan harga beras AS tidak kompetitif, dibandingkan dengan impor dari Asia Selatan. Menurut mereka, langkah untuk secara resmi mengizinkan impor harus ditafsirkan sebagai isyarat niat baik.
Cina membuka pasar beras ketika bergabung dengan Organisasi Perdagangan Dunia pada 2001. Namun kurangnya protokol fitosanitasi antara Cina dan AS secara efektif telah melarang impor, menurut kelompok perdagangan USA Rice.
Meskipun demikian, pada Juli, Cina secara resmi memberlakukan tarif tambahan 25 persen untuk beras AS, walaupun impor tidak diizinkan pada saat itu.