REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT – Tentara Suriah memasuki Manbij pada Jumat (28/12) untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun. Kehadiran tentara Suriah di wilayah ini setelah milisi Kurdi YPG mendesak Damaskus untuk melindungi kota dari ancaman serangan Turki.
Tidak jelas apakah pasukan pemerintah telah menyebar di kota yang menjadi tempat pasukan AS beroperasi dan memiliki pangkalan militer.
Dengan YPG di garis depan, Pasukan Demokrat Suriah (SDF) merebut Manbij pada 2016 dari Negara Islam, sebuah tonggak penting dalam pertempuran yang didukung AS melawan jihadis.
Dewan Militer Manbij, pejuang yang bersekutu dengan SDF, memegang kota di Suriah utara, yang terletak di garis depan dengan pemberontak yang didukung Turki. Ankara menganggap para pejuang YPG Kurdi sebagai ancaman dan telah bersumpah untuk menghancurkan mereka.
Tentara Suriah mengatakan dalam pernyataannya pada Jumat, pasukannya telah mengibarkan bendera nasional di Manbij dan akan menjamin keamanan untuk semua warga Suriah dan orang lain yang berada di daerah itu.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, pemantau perang yang berbasis di Inggris, mengatakan pasukan hanya dikerahkan di sepanjang tepi Manbij, berada di antara kota dan sekutu pemberontak Turki.
Keputusan mendadak Presiden Donald Trump untuk menarik sekitar 2.000 tentara AS, yang kehadirannya telah menghalangi Turki, telah mengejutkan SDF, yang mengendalikan sebagian besar Suriah utara dan timur.
YPG mengatakan, para pejuangnya sebelumnya menarik diri dari Manbij untuk memerangi para jihadis ISIS di Suriah timur.
"Jadi kami mengundang pemerintah Suriah yang menjadi milik kami, untuk mengirim pasukan bersenjatanya untuk mengambil alih posisi ini dan melindungi Manbij dalam menghadapi ancaman Turki," katanya, Jumat. (Idealisa Masyrafina)