REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Senjata strategis baru Rusia, Avangard hypersonic glide vehicle, akan membuat sistem pertahanan rudal manapun menjadi tidak berguna. Menurut Wakil Perdana Menteri Rusia Yuri Borisov, sistem peluncur rudal ini memiliki kecepatan 27 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan suara, sehingga tidak mungkin bisa dicegat.
"Senjata baru itu pada dasarnya membuat sistem pertahanan rudal menjadi tidak berguna," kata Borisov, Kamis (27/12), dikutip ABC News.
Borisov berbicara sehari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengawasi uji coba Avangard yang sukses dan meyakinkan. Putin menyebutnya sebagai jaminan keamanan Rusia yang dapat diandalkan selama beberapa dekade mendatang.
Dalam uji coba yang dilakukan pada Rabu (26/12), senjata itu diluncurkan dari pangkalan rudal Dombarovskiy di Pegunungan Ural selatan. Kremlin mengatakan mereka berhasil mencapai target latihan di jarak tembak Kura di Kamchatka sejauh 6.000 kilometer.
Kementerian Pertahanan Rusia merilis rekaman dari uji coba peluncuran itu. Rudal balistik dapat terlihat meledak di tengah awan, tetapi gambar dari Avangard belum dirilis. Putin mengatakan Avangard akan digunakan militer bersama dengan Russian Strategic Missile Forces tahun depan.
Uji coba itu dilakukan di tengah ketegangan antara Rusia dan AS terkait krisis Ukraina, perang di Suriah, dan tuduhan campur tangan Moskow dalam pemilihan presiden AS 2016. Sergei Ivanov, mantan menteri pertahanan Rusia, mengatakan Avangard terus-menerus mengubah arah dan ketinggian ketika terbang melintasi atmosfer. Dia menekankan, senjata ini tidak seperti hulu ledak nuklir sebelumnya yang dipasang pada rudal balistik antarbenua yang mengikuti lintasan dan dapat diprediksi, sehingga memungkinkannya untuk dapat dicegat.
Avangard meluncur secara zigzag pada jalurnya menuju target. Sehingga tidak mungkin dapat memprediksi lokasi di mana senjata itu akan jatuh.
Ivanov, yang sekarang menjabat sebagai penasihat Putin, mengatakan Avangard dapat dipasang pada rudal balistik antarbenua UR-100UTTKh buatan Soviet, yang diberi nama kode SS-19 Stiletto oleh NATO. Dia mencatat, Rusia memiliki persediaan beberapa lusin rudal semacam itu, yang berada dalam kondisi pabrik dan tidak diisi dengan bahan bakar.
"The Avangard telah menelan biaya ratusan kali lebih murah daripada yang dikeluarkan AS untuk pertahanan rudalnya," kata Ivanov.
Dia menjelaskan, Rusia mulai mengembangkan Avangard setelah AS menarik diri dari Anti-Ballistic Missile Treaty 1972 pada 2002. Setelah itu AS mulai mengembangkan sistem pertahanan terhadap rudal balistik.
Moskow khawatir pertahanan rudal AS bisa mengikis pencegah nuklirnya. Putin mengumumkan pada 2004 bahwa Rusia sedang mengerjakan senjata hipersonik baru.
Ivanov teringat ketika para pejabat Rusia memperingatkan rekan-rekan mereka di AS tentang program senjata baru pada saat itu, para pejabat Amerika secara terbuka skeptis tentang kemampuan Rusia untuk melaksanakan rencananya.
"Kami tidak terlibat dalam keributan, kami hanya memastikan keamanan kami selama beberapa dekade mendatang," ungkapnya.