Ahad 30 Dec 2018 20:01 WIB

Pornografi Disebut Pintu Masuk Perilaku Seks Menyimpang

Pornografi setidaknya memiliki empat efek pada seseorang.

Seminar parenting.
Foto: dok. Istimewa
Seminar parenting.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belakangan ini anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual bukan hanya akibat pencabulan/perkosaan dari orang dewasa berlain jenis, tetapi juga sesama jenis. Kondisi ini erat kaitannya dengan pornografi dan salahnya pengasuhan di keluarga. 

Hal itu disampaikan Azimah Subagijo Ketua Umum Perhimpunan MTP dan Harry Santosa Founder Fitrah Base Education kepada 100 peserta seminar parenting bertema “Mewaspadai Bahaya Pornografi, Seks Bebas, dan LGBT”, Ahad (30/12). Seminar itu digelar kerja sama antara Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi (MTP) dan DKM Masjid Raya Baitus Salam Pasar Minggu. 

Azimah memaparkan, pornografi setidaknya memiliki empat efek pada seseorang yaitu membuat orang kecanduan, kemudian ingin menyaksikan muatan pornografi yang lebih vulgar (eskalasi), ditambah membuat orang tidak peduli norma/nila tata karma, dan berujung pada dorongan ingin meniru atau melampiaskan (acting out) hasrat seksualnya sebagaimana materi pornografi yang dia lihat.

“Kondisi eskalasi dan acting out inilah terutama yang mendorong seseorang mempunyai perilaku seksual yang menyimpang akibat hasrat untuk melihat dan mencoba perilaku seksual yang tidak lazim,“ kata Azimah, dalam keterangannya yang disampaikan kepada Republika.co.id, Ahad (30/12). 

Untuk itu, Azimah menyarankan, agar orang tua harus lebih waspada. Terutama, agar orangtua tidak mudah memberikan telepon pintar kepada anak tanpa pengawasan. Mengingat regulasi di Indonesia belum ketat untuk urusan pornografi, apalagi di media massa seperti internet. 

"Kalau di luar negeri yang masuk di internet disaring dulu baru bisa disebarkan ke seluruh pelosok negeri. Namun, di Indonesia kebalikannya. Semua masuk dulu, kalau ada yang masyarakat yang keberatan baru diblok. tutur anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) periode 2010-2016 ini.

Sementara itu, Harry Santosa dari founder Fitrah Base Education mengatakan, permasalahan terkait pornografi, seks bebas, LGBT, bullying, dan sejenisnya di sekitar anak sebenarnya bisa orang tua antisipasi sejak dari rumah. 

“Kuncinya orangtua harus mengerti tentang fitrah anak dan fokus pada potensi serta minat anak. Ibaratnya, jangan pernah anak yang punya hobi memasak, kita minta untuk menjahit. Itu sungguh siksaan buat anak,” kata Harry

Lebih jauh Harry mengatakan, sesungguhnya tidak ada anak yang salah gaul, tapi yang ada adalah salah asuhan. Karena itu, orangtua juga harus memberikan asuhan yang baik dan benar pada anak, yakni dengan mendampingi anak sesuai proses perkembangan umurnya serta fitrahnya. "Orang tua harus lebih fokus pada potensi anak bukan pada masalahnya," imbuh Harry.

Kegiatan Seminar Parenting ini merupakan bagian dari upaya DKM Masjid Raya Baitus Salam Pasar Minggu untuk memberikan nilai tambah atau manfaat lebih kepada jama’ah dan warga sekitar. "Mengingat saat ini isu tentang pornografi, seks bebas, dan LGBT tengah hangat di masyarakat, maka dengan adanya seminar ini kami berharap masyarakat dapat mewaspadai dan mengantisipasinya," kata Achmad Bachtiar Amin, ketua umum DKM Masjid Raya Baitus Salam, Pasar Minggu dalam sambutan dan sekaligus membuka acara ini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement