Senin 31 Dec 2018 07:35 WIB

Merkel Minta Rakyat Jerman Bersatu

Jerman masih merasakan dampak keputusan Merkel pada 2015.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Angela Merkel
Foto: EPA-EFE/NDR/Wolfgang Borrs
Angela Merkel

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kanselir Jerman Angela Merkel menyadari pemerintahannya banyak mengecewakan rakyat Jerman. Ia pun meminta rakyatnya bersatu demi menyambut tahun baru 2019 dengan solidaritas dan kerja sama di atas perpecahan politik.

Dalam pidato tahun barunya, Merkel mengatakan ia menyadari banyak rakyat Jerman 'meratapi' koalisi partai yang berkuasa rusak karena pertikaian. Koalisi yang berkuasa pada Maret tersebut terdiri dari partai konservatif yang dipimpin Merkel dengan partai Sosial Demokrat (SPD).

"Kita akan menguasai tantangan zaman hanya jika kita bersatu dan berkolaborasi dengan orang lain lintas batas," katanya Merkel kepada rakyatnya, Senin (31/12).

Jerman masih merasakan dampak dari keputusan Merkel pada 2015. Keputusan membuka pintu untuk lebih dari satu juta pengungsi yang melarikan diri dari perang di Timur Tengah.

Kemarahan rakyat Jerman terhadap keputusan itu memperkuat partai anti-imigran Alternative for Germany (AfD). Keputusan itu membuat AfD untuk pertama kalinya berhasil masuk ke parlemen Jerman atau yang dikenal dengan Bundestag pada pemilihan umum tahun lalu. Hal ini memecah belah peta politik Jerman.

Merkel sudah menyerahkan kursi kepemimpinan partainya Christian Democratic Union (CDU). Tapi ia masih mempertahankan kursi kanselir sampai masa jabatannya habis pada 2021.

Dalam jajak pendapat pada Ahad (30/12), sebagian besar rakyat Jerman mendukung Merkel menghabiskan sisa masa jabatannya. Dalam pidato tahun baru, Merkel menyinggung nilai-nilai bangsa Jerman, yaitu keterbukaan, toleransi dan menghormati.

Ia juga mengatakan Jerman akan terus bekerja memberikan solusi global meski bukan lagi anggota Dewan Keamanan PBB pada 1 Januari mendatang. Merkel berusaha mempertahankan keseimbangan negara-negara Barat yang bergantung dengan Amerika Serikat (AS).

Merkel menjaga tatanan kekuatan negara-negara Barat ditengah ketidakstabilan Presiden AS Donald Trump. Presiden AS tersebut menarik AS dari sejumlah perjanjian internasional penting seperti perjanjian perubahan iklim dan kesepakatan nuklir Iran. Ia juga mengatakan akan terus berkomitmen membuat Uni Eropa semakin kuat dan mampu dalam mengambil keputusan.

"Dan dengan Inggris, kami ingin mempertahankan kerja sama yang erat meskipun menarik diri dari Uni Eropa," kata Merkel.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement