Senin 31 Dec 2018 13:31 WIB

Warga Pantai Carita Masih Mengungsi di Gunung

Mereka akan kembali ke rumah jika Pemda telah menyatakan daerah mereka aman bencana.

Warga beraktivitas di dekat pantai Taman Carita Seapark, Anyer Carita, Banten, Rabu (26/12/2018).
Foto: Antara/Muhammad Adimadja
Warga beraktivitas di dekat pantai Taman Carita Seapark, Anyer Carita, Banten, Rabu (26/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, PANDEGLANG -- Warga Pantai Carita, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten sejak delapan hari terakhir pascabencana tsunami masih bertahan di pengungsian di kawasan Gunung Durung untuk berlindung dari ancaman gelombang besar. Mereka menyatakan masih akan bertahan hingga pihak berwenang menyatakan daerah mereka aman dari bencana.

"Kita lebih baik tinggal di pengungsian dulu, sebelum dinyatakan aman dari ancaman bencana tsunami,"  kata Ketua RT Kampung Gunung Durung Anda Suhenda, Senin (32/12).

Penduduk Kampung Durung yang lokasi di pesisir Pantai Carita cukup parah terdampak terjangan gelombang tsunami. Saat ini, jumlah warga yang mengungsi di kawasan Gunung Durung sekitar 200 Kepala Keluarga (KK).

photo
Seorang peselancar sedang berselancar di Pantai Carita, Banten, saat matahari terbenam, Sabtu (29/12). Sepekan setelah dihantam tsunami, aktivitas di Pantai Carita perlahan-lahan mulai pulih.

Mereka tinggal di pengungsian Gunung Durung menempati rumah keluarga, masjid dan sekolah. "Kami siap kembali ke rumah setelah ada kejelasan dan pengumuman yang dikeluarkan pemerintah daerah," katanya.

Menurut dia, masyarakat yang tinggal di pengungsian belum berani kembali ke rumah, karena kondisi Gunung Anak Krakatau masih aktif mengeluarkan letusan dan bencana tsunami itu akibat longsoran dari tubuh Anak Krakatau. Apabila, aktivitas kegempaan Anak Krakatau sudah kembali normal, kemungkinan warga akan kembali ke rumah.

Saat ini, katanya, sebagian warga yang berani melihat rumahnya hanya pada siang hari saja dan mereka tetap tidur di pengungsian. Dia mengatakan pihaknya mengapresiasi penyaluran logistik baik dari pemerintah daerah, BUMN, perusahaan swasta, perguruan tinggi dan berbagai elemen masyarakat.

Bantuan logistik yang disalurkan berupa bahan pokok, mie instan, minuman kemasan, susu, tikar, selimut dan pakaian bekas, cukup lancar, sehingga warga yang tinggal di pengungsian tercukupi kebutuhan makan dan minum. Selain itu juga tersedia dapur umum, termasuk pelayanan kesehatan.

"Kami bersama warga merasa aman dan nyaman juga tidak kekurangan  makanan," katanya.

Rani, salah seorang warga yang mengungsi mengaku hingga kini masih trauma karena masih teringat terjangan gelombang besar yang menakutkan. Menurut dia, terjangan gelombang tsunami sebanyak tiga kali diawali suara gemuruh hingga merobohkan rumah miliknya. Beruntung tsunami itu begitu cepat surut dan tidak ada lagi gelombang susulan.

"Kami tidak membayangkan jika tsunami itu berlangsung 20 menit dan ada ombak susulan dipastikan warga banyak korban jiwa," katanya.

Ia mengaku dirinya dan keluarga cepat berlarian untuk menyelamatkan diri ke kawasan Gunung Durung yang lokasinya tidak begitu jauh. Saat ini, kawasan Gunung Durung dinyatakan aman dari gelombang besar karena letaknya perbukitan.

"Kami memperkirakan ketinggian gelombang tsunami itu sekitar enam meter," ujarnya.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement