REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- PT Pupuk Kujang Cikampek akan melebarkan sayap dengan membangun pabrik amonia dan urea baru. Rencananya, anak perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero) itu, membidik Senoro, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, sebagai lokasi pabrik baru. Alasan dipilihnya lokasi itu, salah satunya ketersediaan bahan baku gas yang cukup melimpah.
Direktur Utama PT Pupuk Kujang Cikampek, Nugraha Budi Eka Irianto, mengatakan, pembangunan pabrik amonia dan urea baru itu, merupakan salah satu upaya pengembangan usaha. Bahkan, PT Pupuk Indonesia sebagai induk perusahaan juga telah memberikan sinyal hijau.
"Kami, sudah melakukan survei lapangan area lokasi belum lama ini," ujar Anto, kepada sejumlah media, Senin (31/12).
Untuk merealisasikan pembangunan pabrik baru tersebut, lanjut Anto, jajarannya sedang menyiapkan perangkat pendukungnya. Salah satunya, penyiapan dokumen teknis proyek tersebut. Pihaknya memerkirakan, pembangunan pabruk amonia-urea Sinoro ini akan selesai pada 2023 mendatang.
Selain pembangunan pabrik baru, kata Anto, PT Pupuk Kujang Cikampek juga sedang melakukan pengembangan usaha lainya. Yaitu, pembangunan pabrik CO2, revamping PPCO atau pemurnian CO, serta pembangunan gudang bahan baku dan produk.
Untuk pembangunan pabrik CO2, saat ini sedang dilakukan persiapan kontrak engineering procurement and construction (EPC). Kontrak tersebut, dilakukan dengan pemenang tender pembangunan pabrik CO2.
Sedangkan, progres pembangunan gudang bahan baku dan produk, saat ini sudah memasuki tahapan konstruksi. Adapun, untuk proyek revamping PPCO, sudah dilakukan basic design engineering, dan detail design engineering.
"Diprediksi, pembangunan pabrik CO2, revamping pabrik PPCO dan gudang bahan baku serta produk, bisa selesai akhir 2019 mendatang," ujar Anto.
Manajer Komunikasi PT Pupuk Kujang Cikampek, Ade Cahya Kurniawan, mengatakan, sampai saat ini stok pupuk bersubsidi untuk pemenuhan kebutuhan musim tanam rendeng 2019, cukup aman. Adapun, stok urea untuk Jabar dan Banten mencapai 117.838 ton atau setara dengan 173 persen dari rencana kebutuhan di Januari.
"Kebutuhan untuk awal 2019 ini, mencapai 51.427 ton. Jadi, pupuk bersubsidi yang sudah ada di gudang lini III dan gudang pabrik cukup banyak," ujar Ade.
Selain urea, lanjut Ade, ketersediaan pupuk NPK dan organik juga cukup melimpah. Stok NPK, mencapai 46.300 ton. Atau hampir empat kali lipat, dari ketentuan kebutuhan sebesar 11.473 ton. Begitu pula dengan organik, stoknya mencapai 10.698 ton atau setara dengan 181 persen dari kebutuhan 5.908 ton.