REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Waspada terhadap pasokan pangan perlu dilakukan namun tidak perlu dikhawatirkan. Hal tersebut karena produksi pangan terutama beras pada tahun ini diperkirakan lebih baik dari 2018.
Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas mengatakan, stok beras di Bulog saat ini juga memadai. "Sehingga tidak perlu khawatir berlebihan," ujarnya kepada Republika.co.id, Selasa (1/1).
Produksi beras yang berpotensi naik sayangnya tidak diikuti produksi jagung yang membaik. Menurut Dwi, biasanya saat produksi padi meningkat, produksi jagung akan turun, begitu juga sebaliknya.
"Ini perlu diwaspadai Januari-Februari ke depan," ujar dia.
Namun masuknya jagung impor diharapkan bisa membantu mengatasi harga pakan termasuk harga telur dan daging ayam. Ia melanjutkan, kenaikan harga daging ayam dan telur ayam 2018 lalu yang lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya lantaran adanya kebijakan pembatasan impor jagung.
Kebijakan pembatasan impor jagung tersebut nyatanya membuat impor bahan substitusinya meningkat yakni impor gandum."Bukan karena tergantikan produksi jagung dalam negeri," ujar dia.
Sementara untuk daging sapi, diakui Dwi masih akan bergantung pada impor mengingat produksi yang belum mampu memenuhi kebutuhan. Hal yang sama untuk kedelai yang memiliki porsi impor lebih dari 90 persen.
Komoditas lainnya yakni gula berpotensi mengalami penurunan impor. Sebab, kata dia, daya produksi gula dalam negeri diprediksi mengalami peningkatan.
"Jadi untuk gula kemungkinan menurun karena musimnya membaik jadi potensi impornya menurun," tambah dia.
Sementara itu Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Agung Hendriadi memastikan tahun ini tidak berulangnya polemik impor pada jagung dan beras seperti 2018 lalu."Nggak ada lagi," katanya.