REPUBLIKA.CO.ID, DELHI -- Para perempuan di Negara Bagian Kerala, India selatan, telah membentuk rantai manusia sepanjang 620 km. Aksi itu dilakukan untuk mendukung kesetaraan gender di tengah perselisihan terkait akses masuk ke kuil Hindu Sabarimala yang terkenal.
Kuil tersebut secara historis tertutup bagi perempuan yang telah memasuki usia menstruasi, yaitu usia di bawah 10 tahun dan di atas 50 tahun. Pengadilan tinggi India telah membatalkan larangan tersebut pada September lalu, tetapi sejak saat itu pengunjung perempuan banyak mengalami penyerangan. Aksi membentuk rantai manusia kemudian digagas oleh koalisi pemerintahan sayap kiri.
Para pejabat mengatakan kepada kontributor BBC Hindi, Imran Qureshi, bahwa sekitar lima juta perempuan dari berbagai wilayah di Kerala telah berkumpul di seluruh jalan raya nasional untuk membentuk rantai. Rantai manusia itu membentang dari ujung utara di Kasaragod ke ujung selatan di Thiruvanthapuram.
Demonstrasi singkat itu bertujuan untuk memerangi ketimpangan dan melawan upaya kelompok-kelompok sayap kanan dalam mendukung larangan terhadap perempuan.
"Ini adalah cara yang bagus untuk mengatakan betapa kuatnya perempuan, dan bagaimana kita dapat memberdayakan diri kita sendiri dan saling membantu. Tentu saja, saya mendukung gerakan ini untuk memungkinkan perempuan dari segala usia memasuki kuil itu," ujar seorang demonstran muda, Kavita Das, kepada BBC Hindi.
"Saya tidak hanya berpikir tradisi atau keterbelakangan apa pun yang harus menghentikan perempuan. Mereka yang ingin berdoa harus memiliki hak untuk berdoa."
Keputusan Mahkamah Agung India untuk membiarkan perempuan beribadah di kuil Sabarimala diumumkan setelah sebuah petisi menyatakan hal itu telah melanggar kesetaraan gender. Namun partai yang berkuasa di India, nasionalis Hindu, Bharatiya Janata Party (BJP), berpendapat keputusan itu merupakan pelanggaran terhadap nilai-nilai Hindu.
Masalah itu menjadi semakin diperdebatkan menjelang pemilihan umum India yang dijadwalkan pada April dan Mei. Para kritikus menuduh Perdana Menteri India Narendra Modi mengejar agenda untuk memecah belah agama guna mendapat dukungan sebagian besar warga Hindu.
Hinduisme menganggap perempuan yang sedang menstruasi tidak bersih dan melarang mereka berpartisipasi dalam ritual keagamaan. Akan tetapi, sebagian besar kuil memilih untuk mengizinkan perempuan masuk selama mereka tidak menstruasi, daripada melarang perempuan dalam golongan usia tertentu.