Rabu 02 Jan 2019 13:07 WIB

ACT Terus Bangun Sumur Wakaf di Gunungkidul

Global Wakaf ACT DIY akan membangun total 20 sumur di titik-titik rawan kekeringan.

Rep: Wahyu Suryana/Neni Ridarineni/ Red: Dwi Murdaningsih
Pengeboran sumur wakaf yang dilakukan Global Wakaf dan Aksi Cepat  Tanggap (ACT) DIY di Dusun Dringo, Desa Girijati, Kecamatan Purwosari,  Kabupaten Gunungkidul, DIY, Jumat (30/11) lalu.
Foto: dok. ACT
Pengeboran sumur wakaf yang dilakukan Global Wakaf dan Aksi Cepat Tanggap (ACT) DIY di Dusun Dringo, Desa Girijati, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunungkidul, DIY, Jumat (30/11) lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNGKIDUL -- Usaha pengentasan masyarakat dari kekeringan tahunan terus dilakukan Aksi Cepat Tanggap (ACT) di Kabupaten Gunungkidul. Salah satunya dilakukan lewat pembangunan sumur wakaf di area rawan kekeringan.

Walau sudah memasuki musim hujan dan debit air di sumur galian sudah mulai terisi, pembangunan sumur terus digenjot. Memasuki awal tahun, Global Wakaf ACT DIY memulai pembangunan di Dusun Bangkan, Desa Jatiayu, Kecamatan Karangmojo.

Koordinator Program ACT DIY, Kharis Pradana mengatakan, yang dibangun saat ini merupakan sumur wakaf ke-17 di DIY. Peruntukannya sebagai suplai kebutuhan masyarakat terhadap air bersih.

Selain itu, pembangunan akan membantu kebutuhan air untuk ibadah di Masjid Al Hidayah yang baru saja selesai dibangun. Ia menargetkan, pada 2019 ini, Global Wakaf ACT DIY akan membangun total 20 sumur di titik-titik rawan kekeringan.

"Serta, menjadikan desa yang telah dibangunkan sumur wakaf tersebut menjadi desa pemberdayaan," kata Kharis, Rabu (2/1).

Takmir Masjid Al Hidayah, Risdi, menyampaikan rasa syukurnya atas dibangunnya sumur wakaf untuk keperluan ibadah. Ia menilai, pembangunan sangat membantu masyarakat agar tetap bisa menjalankan kewajibannya sehari-hari.

"Soalnya belum ada sumur di dekat masjid, jadi untuk keperluan masjid biasanya air masih menumpang dari sumur masyarakat," ujar Risdi.

Dukuh Dusun Bangkan, Agus Wibowo menerangkan, saat musim kemaraun daerahnya memang tergolong riskan kekeringan. Terlebih, pada kemarau 2018 lalu, sebagian besar sumur mengalami kekeringan.

Akibatnya, masyarakat harus mengambil air dari dusun-dusun sekitar yang miliki sumur bor. Agus mengungkapkan, sebelum itu, mereka memang sempat membeli air dari truk-truk tangki, tapi truk kerap tergelincir.

Hal itu dikarenakan jalan sekitar terjal dan curam. Setelah itu, masyarakat tidak berani lagi membeli air bersih dari truk tangki. Karenanya, pembangunan ini diharapkan membantu masyarakat mendapatkan air bersih.

"Itulah kondisi Dusun Bangkan ketika kesulitan air," kata Agus.

Sumur yang dibangun mulai Rabu (2/1) sendiri diperkirakan akan selesai proses pengeborannya dalam satu pekan dengan kedalaman kurang lebih 70 meter. Perlu satu pekan lagi untuk pemasangan pipa, mesin pompa, water torn dan pipa.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement