REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Institut Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) ingin melahirkan orang-orang yang layak menjadi juru bicara Alquran agar bisa mewujudkan masyarakat akhlakul karimah. Karena Alquran mengajarkan menciptakan masyarakat akhlakul karimah.
Rektor Institut PTIQ, Prof KH Nasaruddin Umar mengatakan, Alquran lebih menekankan terciptanya masyarakat yang ideal. Yakni masyarakat yang akhlakul karimah. Sehingga dapat tercipta keadilan, kedamaian dan masyarakat yang religius.
Menurutnya, orang yang menganut agama lain juga sama-sama manusia. Sudah seharusnya manusia yang akhlakul karimah saling menghormati meski berbeda agama, etnis dan jenis kelamin. Oleh karena itu PTIQ ingin melahirkan orang-orang yang memahami Alquran secara komprehensif supaya bisa jadi juru bicara Alquran.
"Yang paling berhak menjadi juru bicara Alquran adalah mereka yang memahami Alquran, sangat indah kalau orang yang memahami Alquran secara mendalam menjadi juru bicara Alquran," kata KH Umar kepada Republika.co.id usai Seminar Kewarganegaraan, Keharmonisan Sosial antara Wasatiyatul Islam dan Tantangan Masa Kini di Institut PTIQ, Rabu (2/1).
Seminar tentang Kewarganegaraan, Keharmonisan Sosial antara Wasatiyatul Islam dan Tantangan Masa Kini di Institut PTIQ, Rabu (2/1).
Ia menyampaikan, PTIQ akan mencetak juru bicara Alquran yang sejati. Yakni orang yang mampu mengungkapkan tujuan umum Alquran, menciptakan manusia sejati yang diridhai Allah SWT. Oleh karena itu PTIQ menghadirkan orang-orang yang kapabel. Sebab tidak sembarang orang bisa ditampilkan karena PTIQ ingin menyampaikan hakikat Alquran.
Nasaruddin yang juga Imam Masjid Istiqlal menjelaskan, ada kelompok yang berbicara mengatasnamakan Alquran. Tapi justru menimbulkan keresahan dan kecemasan di tengah masyarakat. Sekarang banyak orang yang berbicara atas nama Alquran tapi membuat orang-orang ketakutan.
"Tapi ada juga orang yang memberikan pencerahan atas nama Alquran dengan sejuk dan nikmat seperti narasumber (seminar di Institut PTIQ)," ujarnya.
Seminar Nasional Wasatiyatul Islam. Imam Besar Masjid Istiqlal sekaligus Rektor PTIQ Nasaruddin Umar menyampaikan sambutan saat Seminar Kewarganegaraan di PTIQ, Jakarta,Rabu (2/1).
Dia mengingatkan, agar masyarakat tidak memahami konsep ruang publik menurut Alquran dari orang yang tidak memahami Alquran secara komprehensif dan mendalam. Apalagi kalau orang tersebut hanya memahami terjemahan-terjemahannya saja.
Ia menegaskan, PTIQ ingin konsep ruang publik menurut Alquran tidak direduksi. Jangan sampai konsep ruang publik menjadi menurut kelompok yang memahami Alquran, tapi bukan menurut Alquran. Artinya, bukan berdasarkan Alquran, tetapi berdasarkan penafsiran orang atau kelompok tersebut terhadap Alquran.