Rabu 02 Jan 2019 21:09 WIB

Menristekdikti Cek Kerja Paksa Mahasiswa Indonesia di Taiwan

Menristek menduga mahasiswa itu berangkat tidak melalui program-program resmi.

Red: Bayu Hermawan
Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Menristek Dikti), M Nasir
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Menristek Dikti), M Nasir

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) M. Nasir segera mengecek dugaan ratusan mahasiswa dari Indonesia yang menjadi korban kerja paksa saat kuliah di Taiwan. Menristek menduga keberangkatan 300 mahasiswa itu tidak melalui program-program resmi dari Kemenristekdikti.

"Kami akan cek, saya belum dapat memastikan (kebenaran) informasi tersebut," kata Menristekdikti saat melakukan kunjungan kerja di kantor PWNU Jawa Tengah di Semarang, Rabu (2/1).

Menristekdikti menduga keberangkatan 300 mahasiswa asal Indonesia yang mengalami kerja paksa di Taiwan tersebut tidak melalui program-program resmi dari Kemenristekdikti sehingga tidak terpantau. Menurutnya, jika para mahasiswa masuk melalui Program Taipei Economic and Trade Office (TETO), maka pihaknya bisa mengontrol dan mengendalikannya.

"Yang melalui Kemenristekdikti itu melalui TETO atau kerja sama di bidang perdagangan yang didalamnya ada mengenai pendidikan," ujarnya.