REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendata terdapat 4,5 juta orang yang terancam letusan gunung api di Indonesia. Diperlukan penguatan mitigasi supaya masyarakat yang terancam bisa mempersiapkan diri.
Kepala Badan Geologi KESDM Rudy Suhendar mengatakan, lembaganya bertugas melakukan penelitian dan pelayanan mitigasi geologi. Ia menyampaikan terdapat strategi tahapan mitigasi untuk berbagai bencana seperti longsor, letusan gunung api dan tsunami.
Salah satu upaya mitigasi gunung api dengan pemantauan 68 dari 127 gunung api aktif. "4,5 juta orang terancam gunung api. Kami ada 200 pemantau kerja 24 jam mulai beberapa tahun lalu, termasuk Anak Krakatau. Tiap lembaga berusaha kasih ketenangan bagi masyarakat," katanya pada wartawan dalam diskusi.
Sayangnya, dia mengatakan, tingginya jumlah warga berisiko terkena letusan gunung api tak diiringi kesadaran mitigasi warga. Ia menyontohkan gunung merapi sudah meningkat suhu di dalamnya, tanda peningkatan aktivitas magma. Ketika hal itu terjadi, dia mengatakan, harusnya ada kerja sama dengan masyarakat setempat dalam upaya mitigasi.
"Mitigasi utamanya peran serta masyarakat. Jadi mudah-mudahan kalau ada letusan bisa terhindar, tahu kemana larinya. Guru SD disosialisasi," ujarnya.
Menurutnya, kesadaran masyarakat untuk sadar akan mitigasi bencana masih minim. Buktinya, selalu ada saja permukiman yang berada di kawasan rawan bencana. Salah satu contohnya di Pandeglang dimana permukiman ada di bibir pantai hingga menelan jiwa saat tsunami terjadi.
"Mitigasi sebenarnya kita tinggal dimana harus sadar. Kalau wisatawan tahu saja harus ada dimana (menginap), maka korban bisa dikurangi. Warga enggak mau tahu risiko bencana," ucapnya.