REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat Rasulullah SAW terbaring sakit, para istri beliau berkumpul. Tak satupun dari mereka yang meninggalkan tempatnya. Hingga Fatimah, putri Rasulullah, datang menjenguk dengan berjalan kaki.
Kedatangannya pun disambut oleh Aisyah, kemudian diterima dengan hangat oleh Ayahnya. Putri yang berjuluk Az-Zahra itu pun duduk di dekat Rasulullah. Tak berselang lama, Rasulullah membisikkan sesuatu kepada Fatimah, kemudian ia menangis sekeras-kerasnya.
Melihat kecemasan muncul dari wajah putrinya itu, Beliau lantas kembali menyampaikan sesuatu kepada nya. Seketika itu pula, tangisnya berganti riang senyum dan tawa. Pemandangan itu terlihat jelas di mata Aisyah.
Perempuan bergelar ummul mu’minin (Ibu Kaum Mukmin) itu pun penasaran dan bergegas bertanya ke Fatimah, apa gerang an yang dibisikkan oleh Rasulullah kepada putrinya tersebut. Namun, permintaan itu ditolak oleh Fatimah.
“Aku tidak akan membuka rahasia Rasulullah,” katanya menampik.
Rahasia itu akhirnya di beberkan sepeninggal Rasulullah. Isinya meliputi dua hal, yaitu ajal Rasulullah yang kian dekat dan apresiasi beliau kepada anaknya itu berupa gelar pemimpin perempuan mukmin atau pemimpin perempuan umat.