REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Muhammadiyah, Sunanto, menilai tes baca Alquran bagi pasangan capres-cawapres tak perlu dilakukan.
Dia berpendapat, pihak-pihak yang mengusulkan tes baca Alquran bagi capres-cawapres harus memahami karakter dan perbedaan masyarakat di daerah lainnya.
“Tidak harus begitu, mending intinya kebangsaan, tentang manajemen, visi misi yang lebih maju. Saya kira orang juga sudah memahami siapa (capres-cawapres) yang bisa mengaji,” kata Sunanto kepada Republika.co.id di Gedung Dakwah Muhammadiyah pada Kamis (3/1).
Wacana tes baca Alquran bagi capres-cawapres mengemuka dari Nangroe Aceh Darussalam (NAD) Setelah Dewan Ikatan Da'i Aceh mengusulkan tes baca Alquran bagi pasangan capres-cawapres. Hal ini untuk memuaskan dahaga umat Islam yang merindukan pemimpin bangsa bisa mengaji baik dalam arti luas maupun sempit.
Tantangan tes baca Kitab Suci Allah itu itu disampaikan Ketua Dewan Pimpinan Ikatan Dai Aceh, Tgk Marsyuddin Ishak, di Banda Aceh, akhir pekan lalu. Tgk Ishak berencana mengundang pasangan capres-cawapres untuk mengikuti uji membaca Alquran di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, pada 15 Januari 2019
Lebih lanjut Cak Nanto menekankan yang terpenting yakni pemaparan visi dan misi capres dan cawapres agar diketahui masyarakat.
“Jangan selalu simbolis sehingga kita kehilangan substansi. Apa yang mau dibangun, mau ke arah mana bangsa ini? Ke depannya mau apa? Semestinya itu yang disampaikan untuk masyarakat,” katanya.