REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Riga Nurul Iman
Hengki Kurniawan (12 tahun) dan Farel (5) selamat dari bencana longsor yang terjadi di Kampung Garehong, Dusun Cimapag, Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok, Sukabumi. Saat musibah itu terjadi pada Senin (31/1) sore, kakak-adik itu hendak berangkat ke masjid untuk mengaji.
Hengki mengisahkan, ia bersama adiknya sedang berada di rumah kakaknya yang bernama Amid (26). "Longsor terjadi ketika kami baru keluar dari rumah kakak untuk ke masjid," kata Hengki di sela-sela menerima bantuan dari Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita di posko gabungan penanganan longsor, Kamis (3/1) siang.
Kala itu, ia mendengar suara gemuruh dan merasakan getaran tanah. Tak lama kemudian, Hengki melihat lumpur berjatuhan ke atap rumah. Bersama adik dan lima anak kecil lainnya yang ada di sekitar, mereka berlari ke bawah untuk menyelamatkan diri ke rumah sang paman.
Rumah paman Hengki sebenarnya juga terdampak longsor dan roboh. Untungnya, rumah pamannya itu tidak roboh ke samping, tetapi ambruk ke bagian depan. Karena, saat itu mereka mengevakuasi diri di samping rumah.
Bencana longsor membuat Hengki dan Farel kehilangan orang tuanya. Ayah mereka yang bernama Ahudi meninggal dunia dalam musibah tersebut.
Jenazah ayah mereka ditemukan pada Selasa (1/1) siang. Sementara itu, sang ibu, yakni Adsih, hingga Kamis (3/1) sore masih hilang dan terus dicari oleh tim gabungan.
Hengki menceritakan, ibunya sedang tertidur lelap pada saat longsor terjadi. Sementara, ayahnya tak sempat menyelamatkan diri meskipun sudah berada di pintu untuk keluar rumah. "Saya ingin ibu bisa segera ditemukan,'' ujar Hengki berharap.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memberikan perhatian khusus kepada Hengki dan Farel. Pria yang akrab disapa Emil itu pun membagikan kisah kakak beradik itu melalui media sosial. Emil dalam akun Instagramnya juga menyatakan ingin mengangkat keduanya sebagai anak asuh.
''Ingin sama keluarga saja di sini,'' ujar Hengki ketika ditanya responsnya akan dijadikan anak angkat Emil.
Ia juga hanya ingin bersekolah di Sukabumi karena ingin dekat dengan keluarga.
Kakak kandung Hengki dan Farel, Amid, mengatakan, kedua adiknya tersebut bisa memilih untuk tinggal bersama nenek atau kakaknya yang lain. "Soal jadi anak asuh gubernur, masih harus ada izin keluarga nenek dan kakak,'' kata dia.
Amid mengungkapkan, hingga kini belum ada obrolan dari tim gubernur yang menyatakan ingin membantu mengurus kedua adiknya itu. ''Saya baru tahu dari media dan belum ada obrolan langsung ke keluarga,'' ujar dia.
Evakuasi
Proses evakuasi korban longsor di Desa Sirna Resmi belum tuntas. Kemarin, petugas gabungan baru menemukan satu jenazah hingga siang hari. Total korban tewas yang telah ditemukan dan dievakuasi sebanyak 14 orang.
"Sampai saat ini jumlah korban yang ditemukan dan masuk proses identifikasi sebanyak 14 orang,'' ujar Ketua Tim Divisi Humas Mabes Polri Kombes Sulistyo Pujo kepada wartawan di posko bencana. Pujo menambahkan, dengan penemuan satu jenazah, tersisa 19 korban yang belum ditemukan.
Kapolres Sukabumi AKBP Nasriadi mengatakan, satu jenazah korban ditemukan pada pukul 14.05 WIB. ''Jasad korban perempuan dan ditemukan di zona satu,'' katanya.
Nasriadi menjelaskan, proses pencarian korban dibagi dalam enam zona atau sektor. Dia memperkirakan, masih banyak korban yang berada di zona satu, lima, dan enam.
Proses pencarian dilakukan dengan melibatkan empat anjing pelacak. Namun, keberadan anjing pelacak belum maksimal karena pori-pori tanah masih basah akibat faktor hujan. Selain itu, proses pencarian terkendala karena hanya ada dua alat berat yang digunakan. Alat berat dengan ukuran lebih hbesar tidak bisa masuk ke lokasi bencana.
Dokpol Polda Jabar AKBP Nelson Situmorang menambahkan, satu jenazah yang ditemukan pada Kamis langsung dilakukan identifikasi. ''Saat ini masih pengumpulan data antemortem dan bisa segera teridentifikasi,'' ujarnya.
Menurut dia, proses identifikasi belum menemui hambatan. Sebab, pada jasad korban masih ditemukan properti yang dapat dikenali keluarga.
Kasi OPS Basarnas Jakarta Made Oka mengatakan, proses pencarian korban dibagi ke dalam enam sektor. Di setiap sektor, proses pencarian dilakukan dalam dua shift, yaitu pagi hingga siang dan siang hingga sore.
Oka menjelaskan, enam sektor dipetakan berdasarkan rumah yang tertimbun longsor. Petugas di sektor satu, misalnya, ditugaskan membuat jalur evakuasi apabila terjadi hal-hal tidak diinginkan. Dengan demikian, tim di bawah sudah siap membuat irigasi atau penampungan air.
Luasan area rumah yang tertimbun di enam sektor mencapai 3.600 meter persegi sehingga satu sektor terdiri atas 600 meter persegi. ''Semua sektor dipetakan sesuai dengan prediksi kepala dusun dan terdapat banyak warga,'' kata Oka.
Dia mengungkapkan, proses pencarian terkendala cuaca yang terus turun hujan. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya longsor susulan. Selain itu, lokasi bencana dikelilingi sawah becek. Hanya ekskavator yang memiliki gir rantai yang bisa masuk ke lokasi bencana. (ed: satria kartika yudha)