Jumat 04 Jan 2019 12:36 WIB

Ekspor Holtikultura Kementan Naik 12 Persen pada 2018

Kementan memangkas perizinan untuk dorong ekspor

Red: EH Ismail
Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat melepas beberapa komoditas holtikultura termasuk sayuran dan manggis ke China,  Singapura dan Hongkong dari gudang milik PT Alamanda Sejati Utama, Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat melepas beberapa komoditas holtikultura termasuk sayuran dan manggis ke China, Singapura dan Hongkong dari gudang milik PT Alamanda Sejati Utama, Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Setelah melepas ekspor sayuran di Bandung Barat kemarin, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman melanjutkan kunjungan dengan melepas ekspor produk hortikultura lainnya di wilayah Banjaran, Kabupaten Bandung, Jumat (4/1).

Ekspor holtikultura seperti sayuran, buah, dan bunga asal Indonesia tengah naik daun, meningkat 11,92 persen dengan nilai lebih dari Rp 5 triliun di 2018 dengan negara tujuan ke 113 negara. Secara spesifik, data Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) menunjukkan selama 2018 lalu, ekspor sayuran naik 4,8 persen, ekspor bunga naik 7,03 persen, sementara ekspor buah naik signifikan 26,27 persen.

"Setelah mampu meningkatkan produksi dan daya saing, ini saatnya kita menggalakkan ekspor dan investasi. Capaian tren ekspor yang baik disubsektor hortikultura perlu kita tingkatkan di 2019, termasuk ekspor manggis yang tercatat bisa naik 500 persen," kata Amran saat melepas beberapa komoditas holtikultura termasuk sayuran dan manggis ke China,  Singapura dan Hongkong dari gudang milik PT Alamanda Sejati Utama, Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Menurut Amran, upaya Kementan mendorong ekspor menjadi prioritas. Salah satunya dengan memangkas perizinan. "Jika dulu butuh hingga 13 hari bahkan hingga 3 bulan, kini eksportir hanya butuh 3 jam untuk mendapatkan izin ekspor melalui sistem online tanpa perlu tatap muka. Belum lagi kami cabut 291 peraturan yang menghambat, reformasi birokrasi, dan penegakkan hukum bagi mafia," ujar Amran.

Amran menegaskan upaya perbaiki kualitas sesuai permintaan negara tujuan, karena produk pertanian memiliki persyaratan ketat terkait isu higienitas dan keamanan. Lobi pun dilakukan agar komoditas Indonesia bisa tembus ke negara lain, termasuk pengiriman bisa langsung ke negara tujuan tanpa transit seperti sebelumnya.

"Hasilnya jelas, perusahan seperti di PT Alamanda ini bisa ekspor 42 komoditas sayuran, buah, tanaman hias. Volume sekitar 10 ribu ton setahun ke 12 negara seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Hongkong, China, Dubai, Saudi Arabia, Pakistan, India, Bangladesh, dan Australia, New Zealand," tutur Amran.

Ekspor sayuran dari PT. Alamanda direncanakan mencapai 200 ton per bulan dengan aneka jenis yakni 12 komoditas sayuran, 29 buah-buahan, dan beberapa tanaman hias, antara lain: Baby Buncis 30 ton, Buncis 45 ton, Selada Air 30 ton, Kentang 60 ton, Ubi Manis 20 ton, ditambah Petai 2 ton dan sayur lainnya. Untuk buah Non Musim, ada Jambu Biji merah/ Pink Guava 2 ton, Rock Melon 20 ton, dan Salak 4 ton. Sementara buah musiman, yang diekspor antara lain, manggis dengan perkiraan 500 ton/musim dan Mangga 100 ton/musim.

Menjaga Produksi, Menjaga Kualitas

Amran berharap ke depan selain produktivitas yang meningkat sehingga bisa mencukupi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga lebih berkualitas dan berdaya saing di pasar internasional. Kuncinya adalah pada benih unggul hasil inovasi, serta penerapan teknologi baik saat produksi hingga delivery, termasuk armada angkut dengan alat pendingin dengan kapasitas besar.

Menurut Amran, Kementan sudah melakukan banyak hal dalam meningkatkan produksi pertanian, diantaranya membagikan alat mesin pertanian naik hingga 1.500 persen, mengalakkan inovasi dengan memberi insentif bagi peneliti, dan program bantuan produktif lainnya. "Bahkan selama 4 tahun sudah 16 triliun dilakukan refocusing anggaran untuk prioritaskan petani," ucap Amran.

Terkait Kabupaten Bandung sebagai penopang pangan di Jawa Barat, Amran mendorong pemuda untuk mau bertani. Dalam dialognya dengan beberapa petani, Amran juga memberikan bantuan modal untuk menjaga semangat di sektor pertanian. "Seluruh Indonesia kami rekrut 400 ribu petani milenial, kami berikan bantuan, baik alat mesin pertanian hingga pupuk," ungkap Amran.

Perusahaan eksportir juga sangat penting dalam mendorong kesejahteraan petani, karena kelompok tani atau gabungan kelompok tani (gapoktan) dilibatkan sejak awal dalam proses produksi, dan diperkenalkan dengan pentingnya kontrol kualitas melalui praktik pertanian yang baik mulai dari produksi, manajemen, hingga kelembagaan yang efektif.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement