Jumat 04 Jan 2019 17:48 WIB

Investor Tetap Percaya Diri di Tahun Politik

Investasi di industri kimia diperkirakan paling besar.

Pabrik industri kimia  (ilustrasi)
Foto: EPA/ Wu Hong
Pabrik industri kimia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian menilai investor tetap percaya diri untuk berinvestasi di tahun politik 2019. Industri kimia diperkirakan nilai investasinya paling besar.

"Di tahun politik ini, sejumlah investor jangka panjang masih tetap jalan. Kami berharap investasi itu turut mendongkrak pertumbuhan industri nasional," kata Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono, Jumat (4/1).

Menurut Sigit, dari sektor IKFT, investasi di industri kimia diperkirakan paling besar nilainya karena tergolong padat modal dan membutuhkan teknologi tinggi. Selain itu, industri kimia dinilai berperan strategis sebagai sektor hulu lantaran produksinya dibutuhkan sebagai bahan baku oleh industri lain. 

"Sudah ada beberapa investor yang tertarik untuk ekspansi di industri hulu kimia. Misalnya dari Korea Selatan, yang hingga saat ini masih dalam tahap pembicaraan," ungkapnya.  

Beberapa waktu lalu, telah terealisasi pembangunan industri petrokimia untuk memproduksi naphtha cracker di Cilegon, Banten. Investasi tersebut merupakan komitmen PT Lotte Chemical Indonesia yang menggelontorkan dananya sebesar 3,5 miliar dolar AS untuk menghasilkan naphtha cracker sebanyak dua juta ton per tahun.  

Selain itu, PT Chandra Asri Petrochemical menyuntik dana hingga 5,4 miliar dolar AS. Dana ini di antaranya guna memproduksi naphtha cracker mencapai 2,5 juta ton per tahun. 

"Kami bertekad mendorong percepatan pembangunan kompleks petrokimia tersebut, sehingga akan mendukung pengurangan impor produk petrokimia minimal 50 persen. Kami juga berharap agar proyek ini lebih mengutamakan penggunaan komponen lokal dan melibatkan tenaga kerja dari dalam negeri," paparnya. 

Dalam upaya memasok tenaga kerja yang kompeten, Kemenperin bakal memfasilitasi pembanguan Politeknik Industri Petrokimia di Cilegon pada tahun 2019. Melalui program pelatihan dan pendidikan vokasi ini, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan operator atau tenaga kerja lainnya untuk industri petrokimia. 

"Pemerintah juga tengah berupaya memfasilitasi untuk pemberian tax holiday," imbuhnya. 

Di samping itu, Sigit optimistis, pertumbuhan industri farmasi di Indonesia mampu menembus level delapan sampai 10 persen pada tahun 2019. Selain dipacu peningkatan investasi, kinerja positif industri farmasi terkatrol dengan adanya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).  

"Program itu masih menjadi magnet bagi investor untuk menanamkan modalnya, karena meningkatkan demand," terangnya. 

Kemudian, Sigit menyebutkan, sudah ada investor Korea Selatan yang menyatakan minatnya untuk membangun industri tekstil di Indonesia.  Selain investor dari Negeri Ginseng, investor Tiongkok juga siap menanam modalnya sebesar Rp 10 triliun untuk masuk ke industri tekstil yang tergolong sektor padat karya. 

"Kami berharap, target investasi tersebut dapat tercapai di tahun ini, sehingga industri-industri unggulan nasional yang masuk dalam prioritas Making Indonesia 4.0 itu bisa lebih terintegrasi dan berdaya saing global. Investasi ini juga mampu meningkatkan ekonomi masyarakat secara inklusif," tegasnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement