Jumat 04 Jan 2019 19:15 WIB

Pakar: Hoaks tak Baik Bagi Kelangsungan Hidup Berbangsa

Hoaks dan ujaran kebencian dapat memprovokasi dan mendorong perpecahan.

Berita bohong atau hoax.
Foto: kemkominfo
Berita bohong atau hoax.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasuki tahun 2019, berita bohong (hoaks) dan ujaran kebencian makin merajalela. Bahkan di tahun baru ini, ‘serangan’ hoaks terkait Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 justru menggila. Kondisi ini sangat tidak baik bagi kelangsungan hidup berbangsa dan berbangsa di Indonesia. Pasalnya, hoaks dan ujaran kebencian dapat memprovokasi dan mendorong perpecahan di lingkungan masyarakat.

Kenyataan ini mengharuskan bangsa ini harus bisa menyatukan komitmen untuk menjadikan tahun 2019 ini dengan iklim kontestasi politik yang ketat agar bebas dari hoaks ataupun ujaran kebencian. Hate Free Day  (Hari Bebas Kebencian) atau Hoax Free Day (Hari Bebas Hoax) bisa menjadi solusi untuk menciptakan perdamaian bangsa.

Pakar Komunikasi Politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio meminta kepada masyarakat yang memiliki akun media sosial agar dapat bertanggung jawab atas akun yang dimilikinya. Hal ini agar tidak digunakan untuk hal-hal yang dapat menimbulkan perpecahan di masyarakat.

“Memiliki akun media sosial itu sebenarnya tidak mudah, karena mereka harus bisa mengontrol dan harus bisa memilah, kira-kira pesan-pesan apa saja yang bisa disampaikan atau  tidak. Ini agar tidak menimbulkan kontroversi di kemudian hari. Ini yang harus diperhatikan para pemilik akun media sosial,” ujar Hendri Satrio di Jakarta, Jumat (4/1).

Hendri melanjutkan, walaupun saat ini sudah ada Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), namun menurutnya Bahasa Indonesia ini adalah Bahasa yang sangat luas ragam kata dan maknanya. “Dengan ragam kata dan makna yang luas dari Bahasa Indonesia ini sehingga bisa digunakan dengan berbagai cara untuk menghindari UU ITE tersebut,” ucapnya. 

Namun yang paling penting, menurutnya adalah bagaimana pemerintah dapat merespons adanya penyebaran hoaks ataupun ujaran kebencian itu dengan cepat dan tidak berlebihan. Dengan adanya  hate free day itu menurutya bisa dimulai dari hoax free day terlebih dahulu.

“Karena dengan adanya hoax free day itu tentunya masyarakat akan mencoba minimal untuk diperkenalkan bahwa hari ini kita tidak bisa mengeluarkan kata-kata atau berita hoaks. Setelah itu masyarakat kita ajak untuk tidak melakukan ujaran kebencian melalui hate free day tersebut,” tuturnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement