Jumat 04 Jan 2019 21:44 WIB

Inflasi Sumbar 2018 Paling Banyak Disumbang Kenaikan BBM

Inflasi Sumbar di 2018 tercatat di atas rata-rata kawasan Sumatra

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Operator membantu pengendara menggunakan kartu transaksi non tunai, untuk pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU Pisang, Padang, Sumatera Barat, Rabu (19/9).
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Operator membantu pengendara menggunakan kartu transaksi non tunai, untuk pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU Pisang, Padang, Sumatera Barat, Rabu (19/9).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Laju inflasi di Sumatra Barat sepanjang 2018 lalu paling banyak disumbang oleh kelompok transportasi. Bila dibedah lagi, kenaikan tarif angkutan disebabkan oleh kenaikan bensin dengan andil inflasi 0,42 persen secara tahun ke tahun (yoy) dan kenaikan harga elpiji dengan andil inflasi 0,07 persen (yoy).

Bank Indonesia (BI) Sumatra Barat menyebutkan dalam rilisnya, kenaikan harga bensin terjadi karena imbas penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi yang ditetapkan sejak tanggal 10 Oktober 2018. Sementara itu, kenaikan harga bahan bakar rumah tangga disebabkan oleh gangguan distribusi LPG 12 kg.  

"Peningkatan tarif angkutan udara pada tahun 2018 tidak setinggi tahun 2017 mengingat tidak diberlakukannya lagi penerapan tarif batas atas angkutan udara oleh operator penerbangan," ujar Kepala Kantor Perwakilan BI Sumatra Barat, Endy Dwi Tjahjono, Jumat (4/1). 

BI, ujar Endy, melihat bahwa perkembangan inflasi Sumbar hingga pada akhir tahun 2018 terkendali. Laju inflasi bulanan pada Desember 2018 tercatat sebesar 0,19 persen (mtm), dan secara tahunan sebesar 2,60 persen (yoy). Inflasi tahunan Sumatra Barat tahun 2018 tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi tahun 2017 yang sebesar 2,03 persen (yoy), namun lebih rendah dibandingkan inflasi rata-rata historis 3 tahun terakhir (2015-2017) yang sebesar 2,67 persen (yoy). 

Laju inflasi Sumatra Barat tahun 2018 tercatat sedikit di atas rata-rata kawasan Sumatra yang sebesar 2,41 persen (yoy), namun lebih rendah dibandingkan capaian nasional sebesar 3,13 persen (yoy). Capaian inflasi Sumbar tahun 2018 juga masih dalam kisaran sasaran inflasi nasional yang sebesar 3,5 ± 1 persen (yoy). 

Endy juga menambahkan, dari kelompok bahan pangan strategis, beberapa komoditas seperti beras, bawang merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras merupakan komoditas penyumbang inflasi bulan Desember 2018. Secara agregat, keempat komoditas tersebut memberikan andil inflasi sebesar 0,27 persen (mtm) terhadap inflasi IHK umum Sumatra Barat pada Desember 2018. 

Secara tahunan, tekanan inflasi tahun 2018 terutama dari kenaikan harga komoditas beras dan bawang merah yang memberikan andil inflasi masing-masing sebesar 0,44 persen (yoy) dan 0,16 persen (yoy). Naiknya harga beras disebabkan oleh faktor cuaca yang kurang kondusif sehingga menghambat proses produksi dan penjemuran gabah. 

Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw BI Sumatera Barat, kenaikan harga beras terjadi hampir di semua varietas, dengan kenaikan tertinggi berasal dari jenis Sirenda Bukittinggi, IR 42 (Solok, Padang/Muara Labuh, dan Pesisir Selatan/Pariaman) dan Cisokan Solok. Sedangkan naiknya harga bawang merah karena terbatasnya pasokan baik dari dalam dan luar Sumatera Barat (Jawa). 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement