Senin 07 Jan 2019 06:28 WIB

Polisi Dikritik Fokus Publikasi Nama Artis, Bukan Muncikari

Ilham menilai ada bias gender dalam pengungkapan kasus ini.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ratna Puspita
Ilham Bintang (kanan)
Foto: ilham bintang
Ilham Bintang (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelopor jurnalistik infotainment di tanah air, Ilham Bintang, mengkritik Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur yang seolah menitikberatkan publikasi prostitusi online pada dua nama artis, VA dan SA. Sebaliknya, polisi tidak mengungkap secara gamblang muncikari dan penyewa jasa.

“Saya menilai kasus ini belum jelas duduk perkaranya. Pertama, artis itu berurusan sama siapa? Siapa menyewa dia? Siapa muncikarinya? Jadi pengungkapan kasus ini rasanya terlalu enteng,” kata Ilham kepada Republika.co.id, Ahad (6/1) malam.

Ilham mengatakan, publikasi dua nama artis Ibu Kota, tetapi kemudian dilepaskan akan menimbulkan pertanyaan. Ia, langkah melepaskan keduanya menunjukan keduanya tidak melakukan pelanggaran hukum. Namun, sejak awal pengungkapan, polisi sudah menggemborkan keduanya sehingga nama kedua artis itu menjadi rusak.

Ilham juga menilai ada bias gender dalam pengungkapan kasus ini karena pengusaha yang disebut menyewa langsung dilepaskan. Ia menambahkan kasus ini semakin membuat tidak jelas modus dan definisi prostitusi daring.

“Seolah-olah artis mudah diapa-apain gitu, sedangkan pengusaha yang disebut menyewa itu dilepaskan. Ini jadi seperti bias gender,” katanya.

Selain mengkritik pola pengungkapan kasus, Ilham juga mempertanyakan keterlibatan dua artis. Menurut Ilham, para artis sekarang mahir menggunakan media sosial sehingga bisa mendapatkan iklan lewat akun media sosial seperti Instagram

Tren iklan melalui akun Instagram ini yang sering diistilahkan dengan endorsement. Menurut dia, penghasilan dari usaha endorsement sangat besar tergantung dari jumlah followers.

Karena itu, ia menilai janggal jika artis-artis muda saat ini yang mencebloskan diri ke dunia prostitusi demi mendapatkan tambahan pundi-pundi rupiah. “Ini menjadi paradoks,” katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement