Senin 07 Jan 2019 06:51 WIB

Trump: Cina Mau Berunding karena Ekonominya Melemah

AS siapkan sanksi berat bila perundingan kedua negara gagal

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Presiden AS Donald Trump berbicara saat acara bisnis di Great Hall of the Peopledi Beijing, Cina, Kamis (9/11).
Foto: AP Photo/Andrew Harnik
Presiden AS Donald Trump berbicara saat acara bisnis di Great Hall of the Peopledi Beijing, Cina, Kamis (9/11).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Delegasi perundingan perdagangan Amerika Serikat (AS) telah tiba di Beijing, China, Ahad (6/1). Kedatangan delegasi tersebut untuk menggelar pembicaraan selama dua hari untuk menemukan kesepakatan terbaik dalam penundaan kenaikan tarif impor dari masing-masing negara.

Pertemuan kedua negara tersebut seiring perjanjian yang diteken kedua pemimpin pada tanggal 1 Desember 2018 untuk menyelesaikan perdebatan tentang teknologi, kekayaan intelektual hingga pencurian siber antar kedua negara.

Seperti dilansir dari Voice of America, Senin (7/1), salah satu pejabat AS yang tergabung dalam delegasi itu mengatakan, jika pertemuan gagal menghasilkan suatu perjanjian memuaskan, maka akan ada konsekuensi berat.

Ia menyebut bahwa gedung putih akan menaikkan tarif barang-barang impor dari China dari 10 persen menjadi 25 persen. Kenaikan tarif itu ditaksir senilai 200 miliar dolar AS.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump menilai, pelemahan ekonomi China saat ini menjadi alasan negeri tirai bambu itu untuk menjalin kesepakatan dengan AS. “Pembicaraan perdagangan dengan China berjalan sangat baik dan kelemahan ekonomi China memberi Beijing alasan untuk bekerja menuju kesepakatan,” kata Trump seperti dilansir Reuters, Senin dini hari.

Berkenannya AS dan China untuk berunding juga termasuk bagian dari ‘gencatan senjata’ berupa penundaan kenaikan tarif impor barang yang disepakati kedua negara selama 90 hari terhitung sejak 1 Desember 2018.

Hari ini, para pejabat AS akan bertemu dengan tim delegasi di AS. Selain itu, Trump dan Presiden China Xi Jinping akan melakukan pertemuan bilateral. Tatap muka itu merupakan yang pertama kali sejak ‘gencatan senjata’ perang dagang kedua negara disepakati.

Untuk diketahui, Presiden Trump sebelumnya telah memberlakukan tarif impor senilai ratusan miliar dolar untuk produk-produk dari China. Merasa tidak terima, China pun melakukan hal yang sama kepada AS. Alhasil, perang dagang kedua negara itu cukup menimbulkan gejolak dalam perekonomian global. Dimana, Indonesia turut terkenda dampak berupa pelemahan mata uang nilai rupiah. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement