REPUBLIKA.CO.ID, Masyarakat mempunyai kebiasaan membuang sampah rumah tangga sembarangan di suatu lahan kosong. Mulanya sedikit, lama-lama menjadi bukit sampah. Seperti yang terjadi di RT 011/06, Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur.
Di dekat Ruang Terbuka Hijau (RTH) Cipinang Melayu ada sebagian lahan yang menjadi tempat pembuangan sampah (TPS) liar oleh warga setempat. Namun, kini sebagian tempat pembuangan sampah liar sudah ditutup oleh pihak kelurahan. Justru tempat itu sekarang disulap menjadi taman kupu-kupu.
"Iya, ini dulunya tempat pembuangan sampah dari warga sini yang ditutup sama kelurahan," kata petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Taryono yang ditemui di lokasi, Senin (7/1).
Taman itu memiliki luas sekira 20x6 meter dengan tinggi 4 meter yang dibangun di atas lahan RTH. Taman kupu-kupu tersebut dibangun menggunakan bambu-bambu dan diselimuti jaring-jaring hitam bekas pembibitan. Di dalam itulah beberapa kupu-kupu beterbangan dan juga hinggap di bunga-bunga.
Menurut Taryono, jumlah kupu-kupu di tempat ini mencapai lebih dari 100 ekor yang terdiri atas berbagai jenis, seperti monarch butterfly dan appias libythea. Asal kupu-kupu itu memang ditangkap oleh anggota PPSU di lahan RTH yang juga berdekatan dengan persawahan.
Di sana banyak sekali kupu-kupu hilir mudik yang terkadang hinggap di berbagai jenis tanaman yang tumbuh subur di lahan itu. Taryono mengatakan, jumlah kupu-kupu yang ada di taman tak menentu.
Sebab, kupu-kupu yang berada di dalam taman terbang keluar melalui lubang di jaring hitam atau kabur melalui sela-sela yang renggang. Sehingga, lanjut Taryono, ketika anggota PPSU sedang beristirahat juga mereka sambil menangkap kupu-kupu.
"Ini yang saya bawa di karung ini kupu-kupunya baru saja ditangkap," kata dia seraya membuka karung dan melepaskan kupu-kupu itu agar terbang di dalam taman.
Selain memanfaatkan ruang, Taryono menjelaskan, taman kupu-kupu juga sebagai sarana wisata edukasi bagi masyarakat. Menurut dia, banyak anak-anak ketika sepulang sekolah mengunjungi taman.
Bahkan, ada juga rombongan sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang datang ke taman kupu-kupu bersama gurunya. Para warga sekitar juga disebut Taryono sering menikmati sore hari di taman kupu-kupu.
Di dalam taman tersebut juga terdapat berbagai jenis tanaman hias, seperti bunga mawar merah muda, kenop ungu, soka, dan lanting landa yang umumnya mengundang kupu-kupu. Kemudian, di dalam taman ini juga ada kandang burung seluas 3x2,5 meter. Burung-burung liar tangkapan petugas PPSU seperti burung kutilang.
Lurah Cipinang Melayu mengatakan, ide awal pembuatan taman kupu-kupu berasal dari petugas PPSU. Mereka sering kali melihat kupu-kupu di persawahan. Menurut dia, untuk mengubah perilaku masyarakat agar tidak lagi membuang sampah di tempat itu lagi, perlu dibangun sesuatu yang bermanfaat. Taman kupu-kupu menjadi solusinya sebagai langkah konkret.
"Kami berbuat dulu baru warga percaya, saya bangun itu, pertamanya harus ada yang kami bangun dulu supaya warga juga berhenti buang sampah di situ," jelas Syahrul ketika dihubungi Republika, Senin (7/1).
Ia mengatakan, sekarang melalui taman kupu-kupu tersebut bisa menjadi wisata edukasi bagi anak-anak. Mereka yang berada di usia sekolah diperkenalkan berbagai jenis kupu-kupu dan proses metamorfosis atau perkembangan binatang jenis serangga itu.
Selain itu, Syahrul juga mengatakan, RTH yang berada di sekitar taman kupu-kupu luasnya mencapai sekitar lima hektare. Sebagian RTH seluas 3,5 hektare itu merupakan lahan milik Dinas Kehutanan DKI Jakarta. Sedangkan, sisanya lahan milik warga setempat.
Petugas dari Suku Dinas Kehutanan Jakarta Timur sudah menggarap sebagian lahan RTH dengan menanami sejumlah tumbuhan. Sementara, ia meminta warga untuk bekerja sama agar lahannya dimanfaatkan untuk urban farming.
Syahrul mengatakan, petugas PPSU kemudian mengelola RTH untuk ditanami sejumlah tumbuhan seperti kacang panjang, cabai, timu, bawang merah, hingga labu air. Ada juga kolam pembibitan ikan.
Menurut dia, hal ini dilakukannya sebagai langkah mengelola RTH menjadi lebih bermanfaat bagi warga sekitar. Paling penting, lanjut dia, RTH bisa menjadi wisata edukasi bagi masyarakat.
"Praktik pembelajaran, budi daya seperti ini. Bagaimana menanam sayuran, misalnya, secara alami tanpa bahan kimia maupun pestisida," jelas dia.
Salah satu pengunjung, Ridho (8 tahun) yang mengajak tiga temannya, yaitu Tian (7 tahun), Riski (6 tahun), dan Eki (6 tahun) langsung memilih dengan menunjuk kupu-kupu yang mereka sukai. "Yang ini nih suka, bagus banget," kata Ridho sambil menunjuk kupu-kupu yang berwarna hitam dengan ukuran yang lebih besar dari yang lain.
Ridho mengatakan, sepulang sekolah sambil bermain dengan teman-temannya, mereka menyempatkan diri melihat kupu-kupu. Bagi dia, taman kupu-kupu menjadi arena bermain meski ketika sedang dikunci petugas PPSU, ia masih bisa melihat dari luar.