REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab) dalam dua tahun telah melahirkan 2,7 juta ekor pedet dari realisasi pelayanan Inseminasi Buatan/IB sebanyak 7,9 juta ekor dalam kurun waktu Januari 2017 hingga 31 Desember 2018. Angka tersebut terdiri dari 500 ribu ekor sapi perah dan sisanya sapi potong.
Kelahiran 2,7 juta ekor pedet tersebut setara Rp 21,95 triliun dengan asumsi harga satu pedet lepas sapi sebesar Rp 8 juta per ekor. Nilai yang sangat fantastis mengingat investasi program Upsus Siwab pada 2017 sebesar Rp 1,41 triliun, sehingga ada kenaikan nilai tambah di peternak sebesar Rp 20,54 triliun.
“Esensi Upsus Siwab adalah mengubah pola pikir petani ternak domestik yang cara beternak peternaknya selama ini masih bersifat sambilan diarahkan ke praktik beternak yang menuju ke arah profit dan menguntungkan bagi peternak,” kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan I Ketut Diarmita, Selasa (8/1).
Menurutnya, selain percepatan peningkatan populasi sapi dan mengubah pola pikir peternak dampak Upsus Siwab juga mampu menurunkan pemotongan betina produktif melalui kerja sama dengan Baharkam Polri.
Pemotongan sapi dan kerbau betina produktif secara nasional pada periode Januari hingga November 2018 sebanyak 8.514 ekor. Jumlah pemotongan tersebut menurun 57,12 persen dibandingkan dengan pemotongan sapi dan kerbau betina produktif pada periode yang sama pada 2017.
“Upsus Siwab juga telah mampu menghasilkan sapi-sapi yang berkualitas dengan peningkatan kualitas sumber daya genetik ternak sapi,” kata Ketut.
Untuk meningkatkan produksi daging sapi, Kementan juga melakukan pengembangan sapi Belgian Blue yang memiliki perototan besar yang beratnya bisa mencapai diatas 1,2 sampai 1,6 ton. Diakui Ketut, Belgian Blue bukan sapi biasa, pertambahan bobot badannya sangat tinggi, bisa mencapai 1,2 hingga 1,6 kilogram (kg) per hari.
Hingga saat ini, berdasarkan data Kementan telah ada 124 ekor kelahiran sapi Belgian Blue yang berhasil dikembangbiakkan baik dari hasil Transfer Embrio (TE) maupun Inseminasi Buatan (IB) dan sudah ada sebanyak 416 ekor sapi bunting. Kementan menargetkan kelahiran 1.000 pedet Belgian Blue pada 2019 mendatang, baik melalui IB maupun TE.
Selain itu, penambahan indukan impor juga telah dilakukan oleh pemerintah pada tahun 2015 dan 2016 sebanyak 6.323 ekor yang didistribusikan ke Provinsi Kalimantan Timur, Aceh, Sumatera Utara dan Riau.
Berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan oleh Ditjen PKH Kementan pada bulan Nopember 2018, indukan impor yang dipelihara oleh kelompok peternak saat ini telah berkembang menjadi sebanyak 7.439 ekor atau telah mengalami pertumbuhan sebesar 17,65 persen karena bertambah 1.116 ekor dari jumlah awal. Bahkan dalam waktu dekat ternak tersebut kemungkinan akan bertambah lagi karena ada 560 ekor dalam keadaan bunting.
Kementan juga telah menambah sapi indukan impor sebanyak 2.065 ekor pada 2018 dan telah mendistribusikannya kepada 115 kelompok peternak dan 8 UPTD yang tersebar di 14 provinsi yakni Lampung, Bangka Belitung, Jambi, Sumatera Selatan, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, Yogyakarta, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat.
Ia berharap dengan adanya penambahan indukan impor dapat terjadi peningkatan kontribusi produksi daging sapi dalam negeri dan bertambahnya usaha sapi berskala usaha komersil di tingkat peternak. Dengan begitu, populasi secara nasional akan bertambah sekaligus meningkatkan sumber input produksi sebagai investasi yang menjadi pondasi menuju swasembada daging sapi yang dicanangkan tercapai pada 2023.