Rabu 09 Jan 2019 14:11 WIB

Cina Izinkan 2.000 Etnis Kazakh Tinggalkan Xinjiang

Etnis Kazakh yang diizinkan keluar yang memiliki kewarganegaraan Kazakhstan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
  Warga melintasi jalan yang diselimuti salju putih di Almaty, Kazakhstan.  (Reuters//Shamil Zhumatov)
Warga melintasi jalan yang diselimuti salju putih di Almaty, Kazakhstan. (Reuters//Shamil Zhumatov)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah Cina telah mengizinkan lebih dari 2.000 etnis Kazakh meninggalkan Xinjiang. Mereka pun diperkenankan melepas kewarganegaarannya sebagai warga Cina dan dipersilakan pergi dari negara tersebut. 

Kementerian Luar Negeri Kazakhstan mengonfirmasi informasi tersebut. Mereka mengatakan 2.000 etnis Kazakh diizinkan meninggalkan Xinjiang pada Desember tahun lalu. 

Kementerian Luar Negeri Kazakhstan tak memberi keterangan tentang siapa saja dan mengapa mereka diizinkan meninggalkan Xinjiang. Kendati demikian, Pemerintah Kazakhstan menyatakan 2.000 etnis Kazakh tersebut akan diizinkan mengajukan kewarganegaraan atau tinggal permanen setelah tiba di negara tersebut. 

Kementerian Luar Negeri Cina belum memberi komentar atau keterangan apa pun tentang diizinkannya lebih dari 2.000 etnis Kazakh meninggalkan Xinjiang. Gene Bunin, seorang aktivis yang telah menghimpun 2.000 kesaksian dari kerabat yang ditahan di Xinjiang memperkirakan bahwa sekitar 20 orang atau lebih, telah diizinkan kembali ke Kazakhstan tahun lalu. 

Bunin telah melacak sekitar 70 orang yang telah dibebaskan dari kamp masih dikurung di desa asalnya. Mereka pun tak diizinkan meninggalkan Cina. 

Sejauh ini yang diizinkan meninggalkan Xinjiang sebagian besar adalah warga negara Kazakh atau mereka yang memiliki pasangan dan anak di Kazakhstan. Guli, seorang warga negara Kazakhstan berusia 23 tahun, adalah salah satu yang diizinkan meninggalkan Xinjiang pada Juli tahun lalu. 

Ia telah dipisahkan dari suami dan anaknya selama lebih dari dua tahun. Guli tak kuasa membendung haru saat pejabat Kazakhstan meneleponnya dan mengatakan bahwa dia mungkin bisa kembali. 

"Saya pikir saya tidak akan pernah bisa kembali ke Kazakhstan lagi, bahwa saya tidak akan bisa melihat anak-anak saya lagi. Saya telah kehilangan semua harapan," kata Guli, dikutip laman the Washington Post. 

Belum ada data valid tentang berapa jumlah etnis Kazakh yang berada di Xinjiang. Namun, sejak otoritas Cina membuka pusat pendidikan kejuruan, yang oleh dunia internasional diduga sebagai kamp interniran, ratusan warga Kazakhstan kehilangan kontak dengan kerabatnya di Xinjiang. 

Banyak warga Kazakhstan yang mulai menulis surat dan menghadiri konferensi pers. Mereka berharap publisitas yang lebih besar akan membantu membawa kerabatnya kembali. 

Penahanan etnis Kazakh, Uighur, dan etnis minoritas lainnya di Xinjiang merupakan isu sensitif di Kazakhstan. Cina adalah mitra dagang utama negara tersebut. Kemudian media, yang dibatasi oleh Pemerintah Kazakhstan, pada umumnya menghindari untuk melaporkan masalah tersebut. 

Namun, tekanan kepada Pemerintah Kazakhstan berangsur menguat seiring dengan semakin banyaknya laporan dan pemberitaan media internasional tentang situasi di Xinjiang. Jika sebelumnya Kazakhstan menghindari mengkritik Cina, saat ini para diplomat mereka berupaya mengamankan pembebasan warganya dari Xinjiang.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement