REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyatakan, transaksi nasabah lewat channel digital semakin bertambah. Bahkan dari total transaksi perseroan, 97 persen di antaranya melalui digital.
"Transaksi di (kantor) cabang tinggal tiga persen," ujar Direktur BCA Henry Koenaifi kepada wartawan di Jakarta, Rabu, (9/1). Maka, perseroan pun tidak akan banyak membuka cabang baru tahun ini.
"Kami tetap buka cabang baru tapi tidak seagresif dulu. Dulu cabang baru bisa kita buka 30 sampai 40 per tahun," ujarnya.
Ia belum bisa menyebutkan, berapa cabang baru yang akan dibuka pada 2019. Perseroan pun akan fokus pada pembukaan cabang digital atau digital branch.
"Di Gandaria City kami sudah ada (digital branch). Di Summarecon Serpong pun sudah ada, lengkap dari yang di Gandaria," ujar Henry.
Dirinya tidak menyebutkan secara pasti jumlah investasi yang diperlukan untuk membuka satu cabang digital. Hanya saja, menurut Henry, investasi yang diperlukan memang lebih mahal dibandingkan membuka cabang biasa.
"Tapi mahalnya di awal saja. Hal itu karena ke depannya tidak perlu membayar pegawai," tuturnya.
Dengan begitu bisa menekan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). Sayangnya, Henry tidak menyebutkan secara lebih rinci terkait angka BOPO yang bisa ditekan.