Kamis 10 Jan 2019 05:42 WIB

Muhammadiyah: Teror Modus Lemahkan Pemberantasan Korupsi

Polisi diminta meningkatkan keamanan terhadap personel KPK.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nur Aini
Polisi memeriksa area temuan benda diduga mirip bom di rumah pribadi Ketua KPK Agus Rahardjo di Perumahan Graha Indah, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (9/1/2019).
Foto: Antara/Risky Andrianto
Polisi memeriksa area temuan benda diduga mirip bom di rumah pribadi Ketua KPK Agus Rahardjo di Perumahan Graha Indah, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (9/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teror bom yang diarahkan ke kediaman dua pimpinan KPK, Agus Rahardjo dan Laode M. Syarief dinilai merupakan upaya pelemahan pemberantasan korupsi di Indonesia. Sekretaris Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu'ti mengatakan Muhammadiyah sangat prihatin dengan adanya dugaan teror bom di rumah Ketua dan Wakil Ketua KPK ini. Mu'ti menilai teror tersebut tentu terkait langkah-langkah yang dilakukan KPK selama ini.

Mu'ti menilai patut diduga serangan itu sengaja dilakukan oleh mereka yang tidak mendukung pemberantasan korupsi. Modus seperti sudah dilakukan terhadap mantan penyidik KPK, Novel Baswedan. Muhammadiyah yakin teror kepada lembaga anti rasuah dan pimpinan serta karyawan KPK ini tidak akan melemahkan pemberantasan korupsi di Indonesia. "Ketua KPK dan para komisioner tidak perlu takut karena rakyat dan Tuhan berada di belakang mereka," kata Mu'ti kepada wartawan, Rabu (9/1).

Walaupun demikian, Mu'ti berharap aparatur kepolisian harus meningkatkan pengamanan ketua, pimpinan, dan penyidik KPK agar mereka dapat melaksanakan tugas dengan aman dan maksimal. "Termasuk kepolisian juga agar mampu mengusut tuntas pelaku dan motif teror, termasuk dalangnya dan memproses sesuai hukum yang berlaku," katanya.

photo
Pelemparan Molotov Rumah Laode. Rumah Wakil Ketua KPK Laode M Syarif pascapelemparan bom molotov di Kalibata, Jakarta, Rabu (9/1/2019).

Pada Rabu (9/1) dini hari, dua rumah pimpinan KPK, yaitu rumah Ketua KPK Agus Rahardjo di Bekasi dan rumah Wakil Ketua KPK Laode M Syarif di Kalibata dilempar bom molotov. Sebelum teror di rumah pimpinan KPK, tercatat ada beberapa teror yang dialamatkan kepada keluarga besar KPK. Paling terkenal adalah teror kepada penyidik senior KPK, Novel Baswedan, pada 11 April 2017 lalu. Akibat teror tersebut, mata Novel mengalami kerusakan hingga saat ini akibat air keras yang disiram oleh pelaku.

Sebelum Novel, penyidik KPK Afif Julian Miftah juga pernah merasakan teror pada 2015 lalu. Rumah Afif diletakkan kotak mirip bom yang isinya lilitan dan dibungkus lakban, kemudian ban mobil Afif digemboskan dan disiram air keras hingga membuat bodi mobil itu rusak.Walaupun diteror bom, Pimpinan KPK memastikan teror di kediaman dua pimpinan, Agus Rahardjo dan Laode M Syarif tak menyurutkan upaya KPK dalam memberantas korupsi. 

Baca: PBNU: Nyali KPK tidak akan Ciut Akibat Teror

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement