Kamis 10 Jan 2019 14:55 WIB

AS-Cina Berkomitmen Jalin Kerja Sama, Akhiri Perang Dagang

Tahun lalu Cina dan AS terlibat perang dagang yang cukup sengit.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolanda
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping di Great Hall of the People di Beijing, Cina, Kamis (9/11).
Foto: AP Photo/Andrew Harnik
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping di Great Hall of the People di Beijing, Cina, Kamis (9/11).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Wakil Presiden Cina Wang Qishan mengatakan negaranya berkomitmen menjalin kerja sama dengan Amerika Serikat (AS). Menurutnya hal itu merupakan pilihan terbaik jika mengingat perselisihan yang terjadi antara kedua negara, terutama dalam bidang perdagangan. 

"Ketika hubungan AS dan Cina berdiri di garis awal yang baru, itu harus tetap berkomitmen pada aspirasi awal kita dan fokus pada koordinasi, kerja sama, dan stabilitas," kata Wang dalam acara peringatan 40 tahun hubungan diplomatik Cina-AS yang digelar di Beijing, Kamis (10/1), dikutip laman the Straits Times

Menurut Wang, AS dan Cina harus beradaptasi dengan realitas baru. Kedua negara perlu terus mencari dan memperluas kepentingan bersama serta memperdalam kerja sama praktis. 

Kendati demikian, Wang menegaskan bahwa negaranya tidak akan lagi mau ditindas kekuatan imperiliasi. "Terlepas dari bagaimana perubahan lanskap internasional, Cina akan dengan teguh mengikuti jalannya sendiri, menjalankan urusannya sendiri, dan memungkinkan rakyatnya memiliki kehidupan yang lebih baik," ujarnya. 

Tahun lalu Cina dan AS terlibat perang dagang yang cukup sengit. Kedua negara menaikkan tarif impor hingga ratusan miliar dolar untuk produk dan komoditas masing-masing. 

Kedua negara baru sepakat menghentikan tindakan tersebut ketika Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump bertemu di sela-sela perhelatan KTT G-20 di Argentina, pada 1 Desember 2018. Trump dan Xi sepakat menangguhkan kenaikan tarif dan memutuskan melakukan negosiasi guna menyelesaiakan perselisihan dalam bidang perdagangan. Penangguhan tarif dilakukan selama proses negosiasi berlangsung, yakni 90 hari. 

Proses negosiasi masih berlangsung hingga pekan ini. Meskipun hasilnya dilaporkan cukup positif, namun negosiasi sempat mengalami kebuntuan. 

Hal itu disebabkan tuntutan AS kepada Cina. Washington meminta Beijing melakukan reformasi struktural, termasuk menghentikan transfer teknologi secara paksa, menegakkan hak kekayaan intelektual, dan mengakhiri subsidi negara untuk industri strategis. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement